Mohon tunggu...
Surya Lestari
Surya Lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pemberdayaan Masyarakat di Desa Payakabung

28 November 2022   10:49 Diperbarui: 8 Oktober 2023   20:35 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Desa Payakabung terletak di Kec. Indralaya Utara, Kab. Ogan Ilir, Prov. Sumatera Selatan. Salah satu contoh pemberdayaan masyarakat yang ada di Indralaya adalah "Rumah Budidaya Magoot Payakabung". Rumah Budidaya Magoot Payakabung ini adalah pemberdayaan masyarakat yang dibentuk oleh PT. PLN (PERSERO) UNIT INDUK PEMBANGKITAN SUMBANGSEL UPDK KERAMASAN ULPL INDRALAYA dalam memperdayakan masyarakat yang ada di daerah Payakabung.

Rumah Budidaya Magoot ini terletak di Rt. 03, Dusun 2, Desa Payakabung, Kec. Indralaya Utara, Kab. Ogan Ilir, Prov. Sumatera Selatan. Pada tahun 2018, desa Payakabung menjadi kemitraan PT. PLN (PERSERO) UNIT INDUK PEMBANGKITAN SUMBANGSEL UPDK KERAMASAN ULPL INDRALAYA, awalnya mereka membahas bagaimana caranya mengedukasi masyarakat untuk pengelolaan sampah menjadi 2 macam, yaitu sampah organik & anorganik.

Setelah program pengelolaan sampah berjalan kurang lebih 2 tahun, tepatnya pada tahun 2020 ada program dari PLN yaitu budidaya Magoot. Setelah masyarakat mengetahui cara pemilahan sampah antara organik & anorganik, untuk yang anorganik seperti plastik dan sebagainya, sudah ada tempatnya sendiri. Sedangkan limbah organik itu belum ada, sehingga tercetuslah pembuatan budidaya Magoot ini.

Pada tahun 2021, Pak Sadam (pegawai PLN) ini awalnya berkunjung ke rumah pak Eko dan menawarkan pada beliau apakah bersedia untuk dibantu bagaimana caranya mengelola sampah dan budidaya Magoot ini. Tidak hanya membantu memfasilitasi budidaya magoot ini, PT. PLN juga yang mengajarkan mereka  cara-caranya.

Salah satu visi misinya yaitu mengedukasi masyarakat agar lebih tahu dan lebih paham mana sampah organik & anorganik. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui budidaya Magoot. Karena jika Magoot dapat di integrasikan dengan peternakan, secara ekonomi dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Contohnya, alasan awal orang tidak mau berbudidaya lele, karena biaya dari pakan yang terlalu tinggi. Jadi kurangnya minat masyarakat untuk berbudidaya lele, tapi ketika ada magoot biaya yang dikeluarkan untuk harga pakan jadi lebih murah karena dari hasil budidaya magoot itu sendiri.

Dalam pengembangan budidaya magoot sendiri tidak memerlukan biaya yang besar, namun banyak sekali manfaat yang dapat dirasakan. Salah satunya, harga pakan jadi lebih murah, karena budidaya magoot sudah banyak otomatis harga pakan sudah tertekan. Dan magoot juga memiliki protein yang tinggi, makanya hasil dari budidaya lele yang diberi magoot itu besar-besar. Untuk makan magoot itu sendiri ada 2, bisa dari hasil fermentasi maupun pakan-pakan limbah.

Untuk sementara pengurusnya masih sendiri, tapi sudah bekerjasama dengan kelompok peternak lele. Sebenarnya berawal dari masalah, awalnya kelompok lelel itu dapat limbah dari PT. Malindo yaitu limbah ayam yang telah mati. 

Biasanya ayam yang telah mati itu dipotong, direbus, dan dikasih ke ikan lele. Namun, tidak selalu habis ada sisanya. Jadi ke esokan harinya timbul lah bau tak sedap, ketika akan dimasukkan ke kolam lele baunya tak nyaman, bau bangkai. Kemudian ada 1 kelompok (kelompok ketahanan pangan desa tersebut)  dan 2 orang individu, lalu di ceritakan lah kepada pak kades permasalahan tersebut. Rata-rata tiap orang sedikit penjijik dengan bau, apalagi bau yang tak sedap, lalu dikasih solusi budidaya magoot ini.

Manfaat untuk limbah ayam mati tadi yaitu tidak bau, misal hari ini tidak termakan oleh lele bisa dimasukkan di magoot, karena masa magoot ini sendiri bisa bertahan lama, tidak harus habis dihari ini. Bisa 2 minggu, 3 minggu, asalkan jangan sampai magoot tersebut menjadi hitam-hitam, karena akan diambil menjadi pupa. Dalam 1 klaster magoot ini bisa menghasilkan 700an bibit, untuk 1 gramnya itu sudah beberapa klaster. Artinya sudah ribuan bibit.

Memulai usaha magoot bisa dari manapun. Bisa dari beli larvanya, bisa beli pupanya, atau bisa beli telurnya. Kalau dari telurnya, telurnya ditetaskan jadi baby magoot, umur 2 minggu ditebarkan lagi ditempat yang lebih besar terus jadi magoot. Magoot itu umurnya sampai 20an hari. Selepas dari itu, magoot menjadi pupa, berubah kulit dan warna menjadi coklat & hitam. Jika sudah berwarna hitam, itu sudah menjelang menjadi pupa, biasanya mau menjadi lalat. Kemudian dimasukkan ke waring (tempat budidaya lalat magoot), sudah berubah jadi lalat, dipasang perangkap tempat bertelur, umur kurang lebih semingu dia berproses.

Si jantan membuahi yang betina lalu mati, setelah bertelur si betina juga mati. Tinggal lah telurnya yang nantinya akan jadi  bibit magoot. Lalat yang sudah mati tadi juga bisa dimanfaatka untuk makan ternak dan kandungan proteinnya juga tinggi walaupun tidak seperti magoot. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun