Ridesharing atau berbagi kendaraan merupakan satu konsep yang belakangan ini cukup populer. Menurut sebuah penelitian, ridesharing ini bila diterapkan dengan benar dan optimal akan bisa mengurangi jumlah kendaraan di jalanan secara drastis sehingga dapat mengurangi kemacetan, mengurangi polusi serta meningkatkan efisiensi.Â
Tingkat stress pengguna jalan pun bisa berkurang (sumber: Business Insider UK). Di Amerika Serikat, pengaruh ridesharing ini sudah pernah ada yang meneliti. Hasilnya mengklaim bahwa berbagi kendaraan memang mampu menurunkan tingkat kemacetan di jalan raya di negara itu (sumber: LSE US Centre / SSRN). Sebenarnya, dalam lingkup yang sederhana, saya rasa konsep ini sebenarnya sudah lama dilakukan oleh banyak pekerja di Jakarta, tapi masih terbatas pada orang-orang yang sudah saling kenal (teman atau tetangga, misalnya), belum sampai berbagi kendaraan dengan orang-orang yang benar-benar belum kenal. Keamanan dan kenyamanan saat berbagi kendaraan saya rasa menjadi satu kendala untuk berkembangnya konsep ini secara luas. Berada di satu mobil dengan orang-orang yang tidak dikenal ke kantor yang berbeda-beda, padahal ini bukan kendaraan umum.Â
Apa ya nyaman, apalagi aman?nanti kalau ternyata diculik atau kenapa-napa bagaimana?dan ternyata, ketidaknyamanan serta gengsi untuk berbagi kendaraan dengan orang asing ini juga dirasakan oleh orang-orang di negara maju sana. Daripada berbagi kendaraan, lebih baik naik kendaraan umum saja sekalian (sumber: Business Insider UK).
Saya rasa inilah tantangan pertama dan utama para penyedia layanan ridesharing di Indonesia sekarang ini yaitu bagaimana meyakinkan para pekerja ibukota bahwa berbagi kendaraan, bahkan dengan orang yang belum kenal sekalipun, itu aman. Teknologi yang diterapkan pun harus mendukung itu. Bila ini bisa dicapai, saya kira ridesharing bisa benar-benar mampu berkontribusi positif dalam menurunkan tingkat kemacetan di ibukota. Bisa meng-unlock Jakarta. Para pekerja bisa hemat waktu dan biaya untuk transportasi dengan tingkat stress yang berkurang sehingga diharapkan produktivitas kerja bisa meningkat.
Sedikit tambahan. Beberapa hari lalu saya melihat sebuah postingan video di sebuah akun di Instagram. Video yang membuat saya bengong. Uber dan NASA sedang berencana menerapkan konsep ridesharing tapi di udara dengan mendesain sebuah kendaraan terbang model baru.Â
Taksi terbang. Di video itu diperlihatkan calon penumpang yang menerima pesan pemberitahuan tentang keberangkatan taksinya di atap sebuah gedung, lalu dia check-in, lalu bersama beberapa penumpang lain, mereka terbang di dalam taksi terbang yang sama sementara di jalanan di bawah mereka terlihat kemacetan yang panjang. ridesharing di udara ini akan diterapkan di 3 kota yaitu Dallas, Los Angeles dan Dubai, pada 2020 mendatang (sumber: Instagram). Bayangkan, ini bukan hanya sekadar ridesharing. Ini awal dari masa depan seperti yang kita lihat di film-film fiksi futuristik itu. Untuk negara kita, pengembangan teknologi yang serupa mungkin bisa dijalin bersama IPTN, misalnya. Masih dalam waktu lama, mungkin, tapi saya kira itu tinggal menunggu waktunya.
Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H