"Kerja di Jakarta harus cerdas pak, kalau ada peluang untuk kerja sampingan hajar aja. Mumpung masih muda pak. Bapak masih bujangan kan ?? "
Itulah sekelumit kalimat yang keluar dari pengemudi ojek online yang membawa saya ke kantor tadi pagi. Yang menurut saya cukup untuk memberikan saya semangat, dan masuk akal walau mungkin tidak benar benar amat.
Dalam perjalanan menuju kantor, pengemudi ojek tersebut bercerita bahwa pekerjaan utamanya adalah sebagai sekuriti. Menjadi ojek online dia lakoni sebagai pekerjaan sambilannya, tapi satu sisi dia mengaku bahwa ia tidak ngotot ngotot amat.
"Kaya saya nih pak, paling dapet 5 tarikan pulang udah. Yang penting bisa atur badan, kalo capek istirahat, klo ngantuk ya tidur.. "
Bapak tersebut juga menceritakan bagaimana ia tidak pernah pilih pilih penumpang, dan ia juga bercerita mengenai beberapa rekannya yang walaupun penghasilannya sudh hampir 2 digit, mereka tetap bekerja sambian sebagai driver taxi online.
Entah kenapa batin saya suka mempertanyakan mereka yang mencari uang dengan gigihnya. Bagaimana dengan kehidupan sosialnya ?? Bagaimana hubungannya dengan sesamanya ? dan terakhir bagaimana hubungan mereka dengan TuhanNya ??
Saya setuju untuk mencari uang sedini mungkin. Mumpung masih muda toh saya tahu ada saat di mana manusia akan mencapai batasnya, dimana kita mungkin hanya bisa duduk dan melihat iri mereka yang sedang produktif-produktifnya. Namun satu sisi saya juga sangat menyayangkan mereka yang rela mencari uang dengan mengorbankan semua relasi dan kehidupannya.
Dulu saya pernah merasakan bagaimana kerja dari pagi hingga jam 12 malam, bahkan pernah sampai jam 3 di mana saya tidur hanya 1-2 jam saja. Bahkan saat ini saya juga punya teman yang mulai jengah dengan pekerjaannya yang menuntutnya mau tidak mau pulang malam.
Hmmm (tarik nafas).. Saya hanya bisa bilang, kalau mencari uang dengan gigih memang tidak ada salahnya, tapi setidaknya ingatlah masih ada hubungan lain yang perlu perhatian. Hubungan dengan orang tua, relasi pertemanan dan dengan Tuhan.
Ada keperluan batin dan rohani yang menurut saya tidak bisa di gantikan dengan uang (apalagi untuk orang seperti saya yang kadang suka menyepi dan merenung sendirian).Â
Jangan sampai dompet penuhmu berbanding terbalik dengan kekosongan batinmu yang bisa berimbas pada perilaku mu. Toh saya percaya kekosongan batin akan membawa kekacauan secara mental, stress dan tekanan yang bisa merusak semua sendi kehidupanmu karena akan berdampak pada perilaku serta responmu pada berbagai hal yang terjadi di kehidupan