Kalau mau menulis "Revolusi Sepak Bola Indonesia", mungkin judul di atas akan menjadi lebay rasanya, mengingat belum ada perubahan yang signifikan terhadap industri sepak bola di dalam negeri.Â
Tapi yah, bisa di bilang tahun 2017 menjadi tahun yang patut di syukuri bagi mereka yang berkutat dalam sepak bola di Indonesia, baik itu para pemain, pengurus, hingga pelatih yang akhirnya bisa kembali berkutat dengan bola setelah lama berkonflik di internal PSSI dan di bekukan oleh FIFA, yang kasarnya hanya menjadi kompetisi tarkam (Antar Kampung)
Setelah memilih Ketua Umum yang baru, serta melakukan seleksi terbuka untuk posisi Sekjen (Sekretaris Jendral), PSSI pun segera berbenah dengan segera memutar roda kompetisi yang sudah lama di nantikan dengan nama Liga 1, dengan operator baru PT Liga Indonesia Baru (LIB).Â
Meski begitu, kompetisi yang melahirkan Bhayangkara FC sebagai juara ini pun tak lepas dari cerita kontroversi dan plin plan ala PSSI di dalamnya.
Dimulai dari masuknya 4 klub baru yang langsung berlaga di kasta tertinggi (Liga 1) yaitu PS TNI, PS Bhayangkara (yang kemudian menjadi Juara Liga 1), PS Madura United, dan Bali United.Â
Keempat klub tersebut menjadi kerikil pertama Ketua Umum (Ketum) baru PSSI Edy Rahmayadi, mengingat tidak ada perwakilan dari 4 klub tersebut di KLB Ancol, sehingga menjadi pertanyaan, darimana datangnya 4 klub tersebut?Â
Dan lucunya, Bhayangkara FC yang menjadi juara Liga 1 musim ini tidak bisa mengikuti kompetisi Liga Champions Asia 2018 karena belum memiliki lisensi AFC, sehingga slot-nya justru diisi Bali United.
PSSI yang di era ini bisa dibilang mulai memperhatikan pembinaan usia muda pun memulai kompetisi dengan regulasi baru untuk pemain U 23 yang bisa dibilang memicu kontroversi di tingkat klub, namun juga bisa di bilang gebrakan untuk menggenjot potensi pemain pemain muda tanah air.Â
Regulasi ini mengatur agar klub diwajibkan mengontak 5 pemain U-23 dan 3  diantaranya harus dimainkan selama 45 menit. Jumlah pemain asing pun  hanya di batasi menjadi 3 dengan aturan 2 pemain asing non asia plus 1  pemain asia, PLUS 1 marquee player.
Beberapa klub pun berang dan mempertanyakan kenapa PSSI terlihat begitu plin plan dan sewenang wenang dalam membuat regulasi, toh patut di catat bahwa setiap klub pastinya mempersiapkan pemain dari awal kompetisi dan perubahan kebijakan tersebut bisa di bilang merusak persiapan tim yang sudah di mulai dari awal musim
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!