Pagi tadi, saya yang biasanya naik kereta menuju tempat kerja, akhirnya memilih menggunakan Bus transjakarta yang notabene jarak dari rumah saya ke halte busway lebih jauh daripada jarak saya ke stasiun. Selain karena masih pagi,niatan ngirit di awal bulan yang menjadi program yang selama ini hanya angan angan akhirnya mulai saya implementasikan. Maklum jika saya nailk kereta, saya juga harus naik bus lagi untuk sampai ke tempat kerja, sementara jika saya naik transjakarta, saya hanya perlu naik 1 kali saja, walau mungkin jalan kaki nya lebih jauh.
Ada dua sekolah yang saya lewati ketika menuju ke halte transjakarta,yang pertama adalah Sekolah Katolik yang berada dekat rumah saya yang pernah di demo karena issue perluasan gereja yang terdapat di dalam sekolah tersebut dan sekolah Kristen lainnya yang letaknya lebih jauh dari rumah. Persamaan dari kedua sekolah itu ketika saya lewat adalah keduanya sedang melakukan kegiatan yang sama, yaitu sedang melakukan upacara bendera.
Ya, hari ini, tepatnya tanggal 10 November memang di kenal sebagai hari Pahlawan. Tak hanya sekolah-sekolah saja yang mungkin melaksanakan upacara bendera, sebuah perusahaan BUMN yang saya lewati juga tadi terlihat sedang melakukan latihan atau mungkin gladiresik upacara bendera, yang mana terlihat beberapa orang sedang melakukan latihan baris berbaris dan test sound dengan beberapa speaker besar di sekitar mereka.
Kamis kemarin tanggal 9/11/2017, setelah kesibukannya dalam acara pernikahan yang bertajuk #JokowiMantu, Presiden Jokowi memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada 4 orang yang telah di rekomendasikan Kemensos, dengan mengacu pada syarat syarat ditentukan.
Pahlawan adalah sosok yang membela kebenaran dan membela yang lemah. Pahlawan juga dipandang sebagai orang yang dikagumi atas hasil tindakannya, serta sifat mulianya, sehingga diakui sebagai contoh dan tauladan.
dikutip dari situs : http://202.152.135.5/btkpdiy/versi2/?act=page&read=d_artikel&judul=Arti%20Kata%20Pahlawan%20Nasional
Melihat upacara yang diadakan ketika hari pada hari pahlawan mengingatkan saya pada berbagai pahlawan lain yang mungkin tidak kelihatan, di anggap orang gila, terlupakan, atau mungkin dilupakan.
Di Bandung, Pak Sariban mengabdikan lebih dari 30 tahun hidupnya untuk berkeliling kota Bandung dan memungut sampah yang berserakan dengan hanya di temani oleh sepeda tua yang di beri dari RS Mata Cicendo sekitar tahun 1970an.
"Memang pertama kali saya dianggap sebagai orang gila, orang sinting, orang edan," ujar Sariban di kutip dari tribunnews.com.
Atau mungkin bagi para tentara negara yang berdiri di garda terdepan perbatasan Indonesia dengan negara lainnya. Yang bukan hanya bertugas mencegah orang asing masuk ke wilayah Indonesia dengan seenaknya, namun juga untuk mempertahankan martabat, harga diri serta kedaulatan bangsa. Yang notabene mereka bukan tak mungkin harus jauh dari keluarga yang sangat di cintainya.