Percaya atau tidak, tapi secangkir kopi hangat inilah yang mempertemukan kita, Secangkir. Secangkir kopi buatanku yang telah sesuai dengan permintaanmu, namun justru kau muntahkan di hadapanku dan cukup untuk membuatku tersinggung, hingga akhirnya aku membawamu ke dapur kedai kopiku dan menunjukkan bagaimana aku membuat kopi pesananmu
Kamu tak lebih dari seorang pecinta kopi amatiran, istilahmu banyak yang salah hingga kadang membuatku salah kaprah dan mengeryitkan kepala, malah kadang kamu berhasil membuatku tertawa.
Secangkir kopi hangat yang masih berasap menjadi temanmu ketika kamu mulai sering datang ke kedaiku dengan wajah yang lusuh karena pekerjaan mu
Menjadi traktiranmu untukku ketika katamu kamu naik jabatan.
Bahkan ketika kamu merasa di khianati dan disisihkan oleh teman temanmu, secangkir kopi hangat menjadi hal pertama yang kau cari selain wastafel di pojok kedaiku yang biasa kau gunakan untuk membasuh wajahmu ketika kau tampak kuyu.
Secangkir kopi dariku kini tak lagi kau muntahkan. Ya, kamu bukan lagi seorang amatiran yang sok tahu dalam menggunakan istilah istilah yang dulu bagimu awam, namun dengan pede selalu kau katakan.
Secangkir kopi buatanku seolah menjadi teman terbaikmu dalam berbagai suasana hatimu. Secangkir kopi yang mampu untuk meredam semua amarahmu, hingga mengeluarkan semua rasa sedih yang mungkin menghimpit di dadamu.
Secangkir kopi buatanku kini duduk manis di hadapanku..
Kembali menunggu untuk di teguk olehmu, untuk menjadi teman setiamu dalam semua kisah hidupmu.
Aku ??
Ah, aku bukan kopiku yang selalu menanti untuk di teguk habis olehmu.