Rasanya seperti ingin tidur saja menonton film ini untuk kedua kalinya, terpaksa saya harus duduk kedua kalinya menonton film "busuk" ini karena ajakan saudara saya. Pada kesempatan kali ini, saya akan membahas mengapa Godzilla x Kong "busuk" di mata saya.
Menurut saya, menurunnya kualitas film Godzilla versi Monsterverse karena hilangnya seni horror. Godzilla vs Kong dan Godzilla x Kong adalah contoh terbaiknya, dimana dua film tersebut lebih terasa seperti film superhero MCU. Kita kembali ke tahun 2014 dimana film Godzilla versi Monsterverse pertama kali muncul ke permukaan Hollywood dan menjadi film Godzilla terbaik di universe Monsterverse menurut saya. Godzilla 2014 memang memiliki karakteristik uniknya sendiri, sang sutradara lebih menonjolkan sisi naratif manusianya dan menaruh rasa horror di dalam ceritanya. Godzilla dan Muto digambarkan sebagai sesuatu yang misterius dan  menakutkan karena di film inilah titan atau monster muncul pertama kalinya di dunia manusia modern. Sinematografi juga memainkan peran penting dalam menimbulkan rasa horror di Godzilla 2014, menggunakan colour palette dominan merah dan hitam, cahaya yang agak redup, dan sudut pengambilan gambarnya yang dominan menyorot dari low angle sehingga membuat ilusi seperti melihat dari perspektif manusia. Sinematografi di Godzilla 2014 sangat konsisten dalam hal colour gradingnya, dari adegan pertama hingga akhir menimbulkan nuansa dark yang kental sehingga rasa horror sudah tertanam sejak awal menonton film ini. Godzilla x Kong tidak menggunakan rasa Horror dalam pengimplementasiannya, membuat filmnya menjadi seperti film superhero belaka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H