Siapa sih yang tidak suka dengan makanan pedas? Sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai pedasnya rasa cabai. Cabai sudah menjadi salah satu senjata pamungkas di sebagian besar makanan di Indonesia. Tapi, dewasa ini harga cabai sedang bergejolak naik turun seperti roller coster. Kenaikan harga cabai menjadi salah satu duka di tengah bergairahnya perpolitikan di Ibu Kota. Duka ini kian mencabik-cabik hati di kalangan para pecinta kuliner makanan pedas.
Harga cabai yang kini sedang meroket setinggi Himalaya, tentunya membawa perubahan yang cukup signifikan di kehidupan masyarakat, mulai dari jajaran pecinta masakan pedas, para penjual di nasi padang dan warteg, para pedagang di pasar, para petani, sampai membuat ‘pedas’ mulut ibu-ibu rumah tangga. Untuk Anda para pecinta makanan pedas garis keras, sepertinya harus sedikit bersabar menghadapi ujian ini akibat melambungnya harga cabai. Jika biasanya pedasnya cabai bisa membuat Anda tobat, mungkin saat ini hanya sampai sebatas merem melek.
Faktor Kenaikan Harga Cabai
Apa sih sebenarnya yang membuat harga cabai saat ini membumbung tinggi? Mungkin Anda tidak dapat membayangkan bahwa harga cabai akan melampaui harga daging ayam dan sapi saat ini. Tapi tenang, sepertinya kenaikan harga cabai ini akan cepat berlalu kok. Yuk, cari tahu penyebab tingginya harga cabai.
Pertama adalah faktor cuaca. Kondisi cuaca di Indonesia yang sedang mengalami musim hujan ini menjadi salah satu faktor utama dari tingginya harga cabai di Indonesia, khususnya di wilayah Jabodetabek. Kondisi hujan ini membuat para petani enggan untuk memanen hasil cabai nya karena akan mudah busuk ketika sudah dipetik. Faktor alam memang susah untuk dikendalikan, intensitas hujan yang ada di daerah sentra produksi cabai membuat jumlah cabai yang dipanen lebih sedikit dibandingkan ketika musim panas atau sedikit curah hujan.
Kedua adalah faktor distribusi. Terdapat beberapa keterlambatan distribusi cabai ke berbagai daerah. Faktor distribusi tidak terlepas dari faktor cuaca. Terhambatnya distribusi karena hujan lebat beberapa bulan terakhir ini yang menyebabkan tidak meratanya distribusi cabai. Perbedaan harga pun dianggap wajar karena adanya jarak distribusi yang berbeda di setiap kota. Ketika daerah tersebut cukup jauh dari sentra produksi, maka sudah dipastikan akan ada biaya tambahan yang dimasukkan dalam harga cabai yang dijual.
Ketiga adalah faktor supply dan demand. Besarnya supply yang berkurang di tahun 2016 mengakibatkan demand/permintaan cabai di kalangan masyarakat terganggu. Pada tahun 2016 suplai cabai tidak sebanyak tahun 2015, hal ini dikarenakan musim penghujan yang lebat (skala 5 tahunan) sehingga banyak cabai yang busuk sebelum dipanen.
Kreatifitas Mengatasi Kenaikan Harga Cabai
Setelah mengetahui beberapa faktor penyebab dari lonjakkan harga cabai, tidak perlu masyarakat untuk selalu gundah gulana, banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini. Yuk, kita simak beberapa ide yang dapat dipakai untuk menghadapi lonjakan harga cabai.
Pertama, mulailah gerakan menanam cabai di lingkungan kita. Denan cara sederhana ini sepertinya dapat membantu mengatasi tingginya harga cabai. Kesabaran dalam menanam pohon cabai kiranya dapat berbuah pedas dan menguntungkan kita. Hal ini sesuai dengan pesan dari Menteri Perdagangan Enggartiasto untuk menanam pohon cabai di lingkungan rumah/perkantoran. Nah, bagi Ibu-ibu rumah tangga dari pada sibuk bergosip ria, yuk mending kita mulai tanam cabai di kebun kita.
Kedua, konsumsi cabai kering atau cabai bubuk. Bagi para pencari nikmat rasa pedas, mungkin cara ini dianggap kurang jitu, tapi tidak ada salahnya untuk mengubah kebiasaan lama menuju cara alternatif yang satu ini. Cabai kering yang dijual di masyarakat harganya relatif terjangkau, sehingga tidak membuat kepala keleyengan. Tenang, saat ini juga telah banyak beredar cabai yang telah diolah menjadi serbuk/bubuk cabai. Saat ini produk serbuk cabai dapat dikatakan sedang hits di kalangan masyarakat pecinta rasa pedas. Banyak produk bubuk cabai seperti Bon Cabai yang dijual di pasar tradisional dan modern. Jadi, tak usah perlu khawatir lagi mencari rasa pedas yang megap-megap.