Saatnya pulang kampung adalah istilah yang saya rasa cocok untuk menggambarkan kondisi industri hulu migas sekarang ini. Istilah "pulang kampung" yang biasanya mencerminkan pulang ke kampung halaman berkumpul bersama keluarga kini dicerminkan dengan semakin banyaknya Idustri dalam negeri (national company) baik service atau pun owner yang berkecimpung di industri hulu migas dan mengelola sumber daya alam secara bersama-sama. Jika kita bandingkan dengan dahulu kala hanya perusahaan swasta asing yang mendominasi industri ini.
SDM Indonesia mampu menggantikan Expat
Semakin meningkatnya kualitas SDM yang dimiliki Indonesia dicerminkan dengan hampir seluruh tenaga kerja profesional yang berkecimpung di bidang eksplorasi dan produksi migas di Indonesia merupakan putera dan puteri Indonesia. Misalnya di beberapa drilling operation di beberapa perusahaan Migas di Indonesia kini di supervisi dan dieksekusi oleh Pemuda-pemudi terbaik bangsa ini. Hal ini merupakan suatu kebanggaan sekaligus meningkatkan efisiensi cost, negara tidak perlu lagi membayar lebih untuk tenaga expat.
Kondisi harga crude oil yang sedang anjlok ternyata tidak hanya membawa dampak negatif untuk bangsa ini. Jika kita lihat secara seksama terdapat hikmah dari kondisi ini. Beberapa perusahaan oil service company seperti Baker hughes, Halliburton dan Schlumberger yang terpaksa memulangkan sebagian expat nya untuk mengimbangi kondisi keuangan dan menggantikan posisi expat tersebut dengan tenaga Indonesia. Sekali lagi SDM Indonesia ternyata dapat dipercaya.
Lampu Hijau Untuk National Company
Sebagai orang yang langsung terjun di dunia industri hulu migas saya mengapresiasi kebijakan SKK Migas yang lebih mengutamakan local content dan national company untuk menghandle pekerjaan yang berhubungan dengan industri ini. Di operasi pengeboran misalnya, mulai dari penyedia RIG, lumpur untuk pengeboran, monitoring sistem sampai ke analisis log dan diretional sistem sudah banyak dihandle oleh national company. Dengan hasil yang relatif sama, cost yang lebih renndah dan yang terpenting SDM dan Industri dalam negeri ikut mengelola hasil sumber daya alam negara ini. Jika kondisi ini dipertahankan dan terus dikembangkan bukan tidak mungkin semakin banyak perusahaan-perusahaan national baru yang muncul dan lebih membuka kesempatan berkarir untuk SDM indonesia. Secara tidak langsung hal ini akan meningkatkan perekonomian bangsa.
Tidak Hanya Lulusan Perminyakan
Ini menjadi bagian yang sangat ingin saya ungkapkan di tulisan ini. Banyak orang yang berpikir hanya sarjana lulusan teknik perminyakan lah yang dapat berkecimpung di Industi Hulu Migas di Indonesia. Jujur saya katakan ini keliru. Industri Hulu Migas merupakan industri yang kompleks, mulai dari eskplorasi hingga memproduksi hidrokarbon. Memang benar bagian Core dari industri ini membutuhkan tenaga ahli, akan tetapi industri ini juga butuh "support". Saya ambil contoh di kegiatan pengeboran. Di kegiatan pengeboran yang kompleks terdapat beragam orang dengan latar belakang pendidikan yang berbeda, mulai dari tamatan SMA hingga lulusan dari universitas dengan jurusan yang beragam pula. Bahkan di lokasi pengeboran terdapat Chef/koki yang ikut mensupport kegiatan ini. Bayangkan jika tidak ada koki yang sennantiasa memasak untuk menyediakan makanan, otomatis kegiatan ini tidak akan berlangsung dengan normal.
Tantangan kita sekarang ini bagaimana kita memaksimalkan SDM yang negara ini miliki untuk bersama-sama mengelola Sumber daya alam yang kita punya. Yang terpenting sekarang ini bagaimana semua sumber daya manusia yang dimiliki negara ini dari disiplin ilmu apapun dapat mensupport kegiatan hulu migas di Indonesia.
Conclusion
Sebagai penutup tulisan ini saya mengajak seluruh putera dan puteri negara ini dari semua disiplin ilmu untuk memanfaatkan momentum ketidakstabilan harga crude oil sebagai challenge buat kita untuk lebih dapat berpikir, mengembangkan semua potensi yang ada agar Industri Hulu Migas di indonesia dapat tetap eksis dan berkembang.