Keliling Bali di jalur Terluar
Sudah pernah ke Bali ? Pasti, terus di Bali kemana saja ? Kuta, Sanur, Seminyak, Legian, Kintamani, he bray Bali bukan di situ saja, menurut saya daerah itu adalah negara bagian dari Australia ngak percaya !! Percaya ya.
Mari saya perkenalkan daerah lain yang ada di Bali, kita explore ok.
Kertha Gosa
Mulai dari daerah kelahiran saya Desa Nyanglan Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung, Desa Nyanglan sangat unik karena sebagian masuk Kabupaten Klungkung dan sebagian lagi masuk Kabupaten Bangli, tetapi secara tatanan adat hanya satu Desa Adat Nyanglan dimana Pura Kahyangan Desa menjadi satu begitu juga dengan kuburan. Selain itu masyarakat di sini senang sekali dengan sabung ayam, tetapi rasa kekeluargaan masih sangat kental. Kalau pemandangan biasa-biasa saja ngak begitu mencolok. Sedangkan ritual keagamaan yang menjadi tradisi seperti Mepeed, Perang Tipat, Negakang/megibung, Ngusaba Dangsil ada setiap tahun sekali. Secara ekonomi Desa Nyanglan adalah produsen dari kacang kare, kacang kapri, dan kacang geles jadi ini merupakan mata pencaharian tambahan masyarakat, dari mata pencaharaian utama sebagai Petani. Ok segitu saja ya mengenai desa tempat kelahiran dan tinggal saya.
Dari Nyanglan saya melanjutkan perjalanan menuju Kota Semarapura Ibu Kota dari Kabupaten Klungkung. Rencananya saya akan menuju kearah timur dari kota klungkung yaitu menuju Kabupaten Karangasem. Tapi kita bahas dulu Kabupaten Klungkung yang sangat saya cintai. Kabupaten Klungkung terdiri dari 4 kecamatan yaitu Banjarangkan,Klungkung, Dawan dan Nusa Penida. Di Ibu Kota Semarapura ada objek wisata yang sangat terkenal di seantero Eropa yaitu Kertha Gosa. Kerta Gosa merupakan areal bekas Kerajaan Klungkung pada masanya, dan sekarang beberapa bangunannya masih berdiri dengan megah. Di areal Kertagosa ada 2 bangunan utama yang pada masanya adalah tempat pengadilan bagi Kerajaan Klungkung, sehingga di langit-langit bangunannya terdapat lukisan wayang khas kamasan yang bercerita tentang keadilan. Selain itu juga ada cerita dongeng fable, Bima swarga, dan sutasoma. Disana terdapat juga museum semarajaya yang didalamnya mengoleksi patung-patung dan lukisan dari pelukis asal Italia yaitu Ambron, dan terdapat juga hasil kerajinan masyarakat klungkung dan diorama cara pembuatan garam tradisional. Oh ya Kota Klungkung mempunyai sister city di Italia tapi saya lupa namanya nanti saya bahas di lain kesempatan ok…sorry ya.
Dari Klungkung saya menuju ke arah timur melewati Jembatan Tukad Unda dengan pemandangan Tukad Unda yang berair deras dan berbatu, kemudian melewati Desa Paksebali disini banyak dihasilkan payung-payung tradisional. Terus Desa Sampalan rumah almarhum istri saya, kemudian Desa Gunaksa, Kusamba, sampailah kita di Pesinggahan. Disini ada warung makan terkenal seantero nusantara Warung Makan Pesinggahan dengan menu Ikan Laut. Ketimur lagi kita akan menjumpai Pura Goa Lawah di Pura ini ada goa yang di huni oleh kelelawar, juga pemandangan pantai didepannya. Ketimur lagi 100 meter kita akan bertemu pembuat garam tradisional, mengambil photo petani garam dengan background sunrise akan menghasilkan foto yang keren tapi sayang saat itu sudah siang.
Sekarang kita memasuki Desa Wates desa perbatasan antara Kabupaten Klungkung dengan Kabupaten Karangasem, dengan pemandangan pantai yang indah. Sekarang kita berada di Kabupaten Karangasem memasuki Desa Padang bai, di pertigaan menuju pelabuhan Padang bai saya belok kanan menuju Pelabuhannya eet entar dulu saya tidak masuk pelabuhan, tetapi tepat di depan pintu masuk pelabuhan saya belok kanan naik-naik dah jalannya, tanya kemana ? Ke Pantai Bias Tugel (pantai indah dan tersembunyi) disini duduk sebentar sambil menikmati pemandangan dan portrait pengunjung yang kulitnya seperti ayam boiler baru keluar dari kulkas. Sekitar satu jam saja saya berada disana saya melanjutkan perjalanan menuju kearah Karangasem. Tapi singgah lagi di Desa Tenganan Pegringsingan, Desa ini sangat terkenal dengan tenunan kain Endek Tenganan Pegringsingannya yang selembar harganya jutaaan. Dan masyarakat disini merupakan masyarakat asli bali atau Bali Aga. Ceklek – ceklek sebentar ngambil foto kemudian perjalanan berlanjut, melewati Candidasa ah daerah ini biasa saya lewati dulu waktu masih umur belasan karena ke karangasem ngapelin pacar, jadi saya skip saja ya..,..
Naik dari candidasa menuju bukit bugbug kemudian turun menuju desa bugbug, mata saya awas di sebelah kanan mencari-cari petunjuk jalan menuju Pantai Pasir Putih, yes akhirnya ketemu dan saya pun belok kanan dan terus menyusuri jalan tersebut dan sampailah di jalan turunan terjal menuju pantai lewati dan sampailah di Pantai Pasir Putih. Pengunjung sangat ramai tetapi turis asing tak mengapa mari kita nikmati. Sempat menculik 3 gadis dari finlandia untuk saya jadikan model merekapun sangat antusias saya foto, lumayan model bikini gratis kalo hunting minimal kena Rp. 350.000,- puas menikmati suasananya saya lanjutkan perjalanan menuju Taman Ujung Sukasada
Taman Ujung Sukasada adalah Taman air peninggalan dari Kerajaan Karangasem yang terletak di ujung timur pulau Bali. Dengan ornament bangunan mirip gaya Eropa pada masanya merupakan taman air yang sangat indah tetapi sebaiknya jangan mengajak pacar kesini, kenapa ? pokoknya jangan ya, kalo ngak nyesel percaya deh. Sebentar disini saya melanjutkan perjalanan menuju Kota Amlapura yang merupakan Ibu Kota Kabupaten Karangasem. Selain pusat pemerintahan, ekonomi, pendidikan, dan kesehatan saya tidak menemukan apapun disini.
Lanjut dari Kota Amlapura saya menuju ke Taman Tirta Gangga. Taman Tirta Gangga adalah milik Kerajaan Karangasem banyak banget punya taman. Di taman ini ada kolam yang didalamnya terdapat patung-patung, ada juga menara air mancur, dan juga kolam tempat berenang. Biaya masuknya Rp. 5000,-. Di depan taman tirta gangga ada banyak restoran ikan bakar. Beberapa menit disini sambil ceklek – ceklek, kemudian saya pun melanjutkan perjalanan menuju Amed.
Perjalanan menuju Amed melewati perjalanan yang berliku tetapi pemandangan indah terpapar di sepanjang perjalanan, di kanan kiri banyak terdapat kawasan pertanian terasering dengan background Gunung Pura Lempuyang, dan terkadang pepohonan yang rimbun. Akhirnya masuklah saya ke Desa Culik di pusat desa ada pertigaan saya berbelok ke kanan, terus mengikuti jalan tersebut akhirnya sampailah di Pantai Amed. Berhenti di satu destinasi diving, kotakpos bawah laut. Ditawari untuk diving dengan harga local oleh bapak Paing tetapi saya tidak sedang ingin melakukannya. Saya pun menolaknya dan mengatakan jika perjalanan saya masih jauh, nanti suatu hari saya akan datang lagi kesini khusus untuk menyelam. Setelah ngobrol dan ngambil foto saya pun berpamitan, dan balik menuju Desa Culik untuk melanjutkan perjalanan menuju Kabupaten Buleleng. Dari sini saya melihat pemandangan Gunung Agung dari arah utara untuk pertama kalinya.
Perjalanan sekarang menuju pantai tulamben, sepanjang perjalanan dikiri-kanan jalan terlihat sangat gersang, hanya bebatuan bekas lahar gunung agung, dan rerumputan yang sudah mengering, akhirnya sampailah saya di Desa Tulamben dengan pemandangan bawah laut yang eksotis. Suasana desa Tulamben sendiri mirip di Kuta, tetapi tidak seramai di disana, banyak terdapat art shop dan restotan di pinggir jalan.
Melanjutkan perjalanan akhirnya sampai di Desa Tembok yang merupakan perbatasan Karangasem dan Buleleng. Setelah Desa Tembok, ada Desa Sambirenteng, setelah itu Tejakula, setelah itu Desa Les. Didesa Les ada air terjun Les. Air terjun ini sangat mudah mencapainya karena perjalanannya datar-datar saja dan bisa di capai dengan sepeda motor hampir di bawahnya. Saya sempat kesini untuk mendinginkan suhu tubuh sambil mengambil beberapa foto. Setelah Desa Les kemudian ada desa Bon Dalem, Julah, Bukti, Sambiran, Air Sanih, Di Desa Air Sanih ini banyak terdapat penginapan dan Bungalow, setelah itu Desa Kubutambahan dan kemudian Kota Singaraja sebagai pemberhentian atau tempat istirahat.
Tempat Pertama yang saya kunjungi adalah Shio Bak Khelok makanan khas kota Singaraja. Rasanya ini adalah siobak terenak yang pernah saya santap dengan harga Rp. 25.000/porsi. Setelahselesai menyantap siobak khelok saya mencari penginapan murah di pusat kota. Akhirnya saya menemukannya namanya Hotel Yani. Memang ratenya beragam mulai dari Rp. 90.000/malam tanpa sarapan sampai dengan Rp. 400.000/malam dengan sarapan. Untuk lebih berhemat akhirnya saya mengambil yang Rp. 90.000/malam. Kamarnya lumayan bagus dengan kipas angina dan kamar mandi ada shower kecil, ini cukuplah buat saya.