Mohon tunggu...
surya santosa
surya santosa Mohon Tunggu... -

memang bermutu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Emilio Ambron

25 Juli 2012   03:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:40 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13431854471522981901

Emilio Ambron

Emilio Ambron lahir di Roma, 17 November 1905. Masa kecilnya banyak dihabiskan di Roma dan Alexandria, Mesir, tempat asal keluarganya. Dia menyelesaikan pendidikannya di Jurusan Hukum, mengikuti kehendak ayahnya. Pada akhirnya bagaimanapun juga ia tidak dapat menyembunyikan panggilan jiwa seninya dan mulai belajar menggambar dan melukis di Florenc dan sienna. Pada masa ini ia acapkali kembali ke Mesir, dimana ia telah memulai memamerkan karyanya.

Suatu hari di Florence” ia teringat akan riwayat hidupnya “Melalui sebuah buku kuno Bali, sesuatu telah terjadi dalam diri saya Saya ingin mendatangi Pulau itu, didorong oleh kesan tentag perjalanan dan gambar pohon kelapa, sampan, pasar buah, itu adalah kesan pertama saya tentang dunia bagian timur dan bayangan itu berkelanjutan menghantui imaginasi saya dalam kurun waktu yang sangat panjang’’.

Di Bulan oktober 1938, Ambron menghabiskan sebagian waktunya di Paris, dimana ia mendapat kesempatan menyaksikan satu pameran lukisan dari Batuan, Bali, di salah satu gallery di Champs Elyess. “Di musim Gugur”, ia mengenang kembali tentang pameran tersebut, semua lukisan itu laksana nafas hangat yang menghembus dari Asia. Berita tentang mobilisasi dan perang tumbuh dan masing-masing akan berlalu namun untuk tempat yang sangat jauh, saya merasa sangat jauh seperti Le Mayour.

Dalam waktu yang sangat singkat setelah itu, pada bulan Desember 1938, Ambron berlayar dari Marseilles mengelilingi jawa. Dia berencana untuk bepergian dalam satu bulan. Tapi karena ada perang, petualangannya berlangsung selama 8 bulan. Perjalanan tersebut membawanya ke Bali di mana dalam hidupnya berbagai inspirasi dengan beberapa seniman asing lainnya, seperti Walter Spies, Willem Hofker, Rudolf Bonnet dan teman baiknya pelukis dari Belgia, Le Mayeur, yang telah membatu Ambron mendapatkan satu tempat tinggal yang tenang di Sanur. Kebanyakan hasil karya dari koleksinya di buat di Bali antara tahun 1938 sampai 1940. Pada masa serangan Jepang yang menakutkan, Ambron meninggalkan Bali bersama seorang seniman Italia Romualdo Locatelli.

Mereka pergi ke Philipina dimana akhirnya mereka berpisah. Locatelli lebih memilih untuk tinggal di Manila dimana ia rasa lebih aman, sementara Ambron melanjutkan pelayarannya ke Cina. Sedikit yang ia tahu bahwa takdir yang menentukan kejadian aneh telah menimpa Locatelli, lenyap secara misterius, dan tidak pernah ditemukan lagi. Dari Cina Ambron pergi ke selatan pertama ke Hanoi kemudian ke Vientieane hingga akhirnya tibalah di Phompenh. Selama 3 Tahun ia pergi sembunyi di Kamboja, sureal Khmer Candi Angkor Wat, tempat dimana ia merasa aman untukmelukis sementara perang semakin meluas ke Asia Tenggara. Beberapa karya seni lukis dalam periode ini mengingatkan pada koleksi pribadinya yang antara lain hilang dalam kekacauan, tapi banyak dari karya terakhirnya merupakan lukisan yang didasari oleh penyelamatan hidupnya.

Sesekali ia kembali ke Itali, ia merasa nyaman tinggal di Florence dan ia menggunakan waktunya yang begitu lama untuk melukis dan memahat. Ia kembali ke Bali untuk kunjungan yang singkat diakhir tahun 1979 dan kunjungannya yang terakhir di Tahun 1994. Kecintaannya terhadap Bali begitu besar, juga yang mengilhami kreatifitasnya hingga ia menghembuskan nafas yang terakhir.

Emillio Ambron meninggal pada tanggal 4 juni 1996 di usianya yang ke 90 ia bertahan hidup cukup lama, istrinya Carla Ambron, yang mangabulkan kenginannya untuk menyumbangkan koleksi karyanya ke museum Semarajaya melalui kedutaan Florence

Karya Ambron dapat ditemukan di Museum UFFizi, Florence, Museum di Republik san Marino, Museum Nasional Cracow di Polandia, yayasan Cardinal Lercaro di Bologna Italia, demikian juga di Museum Semarajaya Klungkung, Bali

Koleksi Ambron

Koleksi karya Emilio Ambron keseluruhannya diciptakan selama kurang lebih 50 tahun. Diawali kedatangannya ke Bali pada tahun 1938 dan berakhir pada saat dia meninggal dunia pada usia ke 90 di Tahun 1996. Meskipun Ambron pelukis dan pemahat dengan beragam tema, tapi karena kecintaanya yang begitu mendalam terhadap Bali, maka seluruh karya koleksi museum ini diilhami oleh pulau Bali dan kehidupan masyarakatnya.

Didasari dorongan yang kuat untuk menggambar, hampir semua karyanya, seperti terlihat pada potret dirinya yang dengan jelas menegaskan garis dan bentuk, diletakkan dalam cahaya yang tenang, menggambarkan satu keharmonisan yang klasik dalam penampilannya.

Lukisan Ambron sangat terikat pada tehnik palet gaya seni klasik. Seperti hadir dari alam mimpi. Namun pada karya-karyanya yang terakhir ia begitu tertarik menafsirkan gerakan tubuh, baik dalam keadaan diam ataupun dalam keadaan yang bergerak.

Dalam Usia 65 tahun, Ambron beralih ke seni pahat. Ia terus belajar dan menggambar sket yang dibuatnya 40 tahun silam di Bali. Sket itu kemudian diabadikan dalam media perunggu dan marmar Carrara putih. Koleksi karya seni ini sangat khusus dan jarang ditemui karena media artistiknya yang sangat beragam. Dari cat minyak sampai perunggu, dari marmar sampai arang dan car air, seluruh koleksi menggambarkan satu tradisi klasik yang artistik.

Kota Kembar Florence dan Semarapura, Klungkung

Pada 14 Juni 1996, Pemerintah Kota Florence megusulkan untuk menjalin hubungan Kota Semarapura, Klungkung, Bali sebagai kota kembar. Sebagai langkah awal Wali Kota Florence mengumumkan pertukaran budaya tersebut dengan meyerahkan karya koleksi Ambron yang banyak diilhami budaya Bali. Yang merupakan karya sangat indah, secara resmi diserahkan ke Klungkung.

Pada tanggal 27 Juli 1996, dengan disponsori Garuda-Cimair, 69 pekerja seni tiba di Bali, dibawah pimpinan pengarang Idanna Pucci sebagai duta Kota Florence. Hal ini telah membangkitkan semangat bahwa dua Kota Seni, Florence dan Semarapura, Klungkung telah menandai persahabatan budaya mereka melalui seorang seniman yang dalam proses penciptaan karyanya di pengaruhi oleh dua budaya. Koleksi ini telah menunjukkan betapa besar kecintaan Ambron pada Masyarakat Bali. Dan keinginan yang terakhir untuk dapat menyumbangkan secara resmi karya seninya pada Bali sebagai tanda kekagumannya terhadap kesenian mereka yang luar biasa indahnya telah terwujud.

Pada bulan oktober 2001, koleksi di bawa ke Jakarta untuk pameran besar retrospektif tentang Ambron di Museum Nasional.

Sumber : Copy paste dari Museum Semarajaya Klungkung Bali,

Sumber poto : koleksi pribadi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun