Mohon tunggu...
Surya Anom
Surya Anom Mohon Tunggu... -

Lahir di Amlapura Bali, tumbuh sampai remaja SMA di Bali dan setelah selesai SMA melanjutkan ke ITS. Selesai kuliah, kerja di Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dharma (2)

26 September 2015   20:24 Diperbarui: 26 September 2015   20:24 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam Itihasa Ramayana, Sri Rama adalah sosok pemimpin yang selalu mendengarkan suara rakyat kecil, sampai sampai beliau mengucilkan istrinya karena tidak ingin menyinggung suara rakyat kecil, walaupun beliau yakin akan kesucian istrinya. Itu dilakukan untuk membuka semua tabir yang dibenak rakyat kecil belum jelas. Sampai akhirnya rakyat kecil bisa membuktikan dengan nyata, tanpa melalui kata-katanya, tentang kebenaran atas kesucian istrinya. Semua itu karena kepedulian beliau kpd rakyat kecil dan rasa kebersamaan sebagai warga Ayodya.

Tentu saya tidak boleh berhayal mendapat pemimpin seperti sosok beliau, karena beliau adalah seorang Avatara yang membawa misi untuk menegakkan Dharma. Tapi tentu saya boleh berdoa, agar Avatara segera turun kedunia ini. 

Bicara pemimpin, tadi siang saya ketemu seorang sahabat yang saya kagumi, bukan karena dia seorang tokoh, ataupun pemimpin kharismatik, tapi dimata saya, sahabat saya itu seorang yang sangat jujur. Kenapa saya katakan jujur, karena dia itu pernah memimpin organisasi pemuda salah satu agama di Indonesia, dan juga mantan pejabat. Dari awal saya kenal, ketika dia jadi pejabat, sampai saat ini disaat sudah pensiun, dia itu selalu berkata apa adanya. Tidak pernah malu mengatakan diri tidak tahu, tidak ngerti ataupun hal hal lain yang memang seperti itu.

Dia bercerita, tanpa tendensi untuk dibenarkan tentang seorang peminpin yang saya yakin dia itu paham betul tentang dibalik exposure dari pemimpin tersebut.

Saya adalah pengagum peminpin tersebut, sahabat saya ini juga salut akan sepak terjang peminpin tsb. Tapi dibalik semua itu, ada perbuatan-perbuatan yang tertutupi, yang sebenarnya bisa merusak buah karya yang besar yang sudah dia kerjakan.

Manusia memang tidak sempurna, saya sangat setuju, begitu juga manusia sebagai pemimpin boleh tidak sempurna, tapi tidak boleh prilaku yang memperlakukan orang lain dengan tidak adil. Karena keadilan ini adalah landasan kebenaran. Kalau kebenaran itu sebuah pohon, maka keadilan itu adalah akarnya. Dengan keadilan maka timbul kepedulian dan kebersamaan.

Kepedulian ini tidak boleh memandang tinggi rendah seseorang, berpengaruh atau tidak, ataupun siapa orang itu. Kepedulian selalu dibarengi kebersamaan.

Di jalan Dharma, kepedulian itu yang mengantar manusia mencapai kebenaran. Oleh karenanya semua manusia harus punya rasa kepedulian. 

Bagaimana dengan peminpin yang tidak punya kepedulian seperti tersebut diatas? Tentu batinnya kurang bersih. Perbuatan baik yang ditunjukkan atau di expose besar-besaran tidaklah dibarengi dengan niat yang bersih pula. Dan niat yang tidak bersih ini, lambat laun pasti akan tercium orang atau muncul dalam bentuk perbuatan tertentu. 

Apa pelajaran yang bisa diambil dari contoh ini, bahwa kebersihan batin adalah mutlak. Karena dengan batin bersih, maka niatpun akan selalu bersih, sehingga perkataan dan perbuatan akan mengikuti alur dari niat itu. Didalam Sanatana Dharma, ini dikatakan dengan Tri Kaya Parisuda.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun