Mohon tunggu...
surur syifaus
surur syifaus Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Sekolah pertama di SD, kemudian di SMP, dan melanjutkan ke SMK. Kini saya kulaih di Universitas Dr. Soetomo dan belajar menulis di salah satu website yakni Kompasiana.com dan www.kataku.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Antara Orang Pinter, Orang Bijak, dan Orang Bejo

21 September 2015   17:50 Diperbarui: 21 September 2015   23:53 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Dari Pada Pinter dan Bejo, Mending Bijak"][/caption]Kalau kita berbicara tentang Indonesia, banyak sekali hal yang absurd menghiasi negeri ini, terlebih lagi dari tayangan iklannya. Mungkin dalam benak kita, kita pasti langsung su'udzon atau berpikiran buruk kalau kita mendengar kata "Kabar Gembira". Kenapa pasti kita lagsung merujuk ke iklan kulit manggis. Kan kasihan kalau memang ada salah satu dari teman yang memang hatinya sedang senang, dan ingin berbagi kesenangannya kepada kita.

Coba kita pikir saat teman kita ingin menyampaikannya kepada kita. "eh brow, aku ada kabar gembira nih.." dan kita langsung berpikiran negatif dengan muka jengkel, "sudah tahu, yang ada ekstraknyaa itu kan".

Tidak hanya itu, ada lagi, iklan obat masuk angin. Ini kalau saya masuk angin, saya dibuat bingun. Seolah olah saya ini harus memilih, antara saya ini termasuk Orang Pinter, Orang Bijak, atau Orang Bejo.

Inikan gak lucu juga. Keburu masuk angin duduk malahan. apa hanya orang pinter saja yang boleh masuk angin agar bisa membeli obat itu, apa harus orang bejo saja kalau ingin membeli obat tersebut.

Terlebih lagi untuk jadi orang bijak itu sulit men, harus belajar kata kata bijak, kata kata mutiara, dan lain sebagainya. Ini kalai saya nunggu hal yang semacam itu kan jadinya langsung masuk rumah sakit duluan dari pada nunggu untuk beli obat tersebut.

Banyak lagi lainnya iklan koyo, yang di tempel di badan dan seolah olah keluar tangan mijit mijit. ini kan geli, coba kalau di tempel di paha, kemudian keluar tangan. kan bahaya.

Cukup sekian dari saya, memang ini gak penting karana oknumlah yang buat, bukan saya. enakkan kalau di Indonesia, oknum selalu jadi tersangka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun