Mohon tunggu...
Surtan Siahaan
Surtan Siahaan Mohon Tunggu... Penulis -

Berbahagialah orang yang tidak sukses, selama mereka tidak punya beban. Bagi yang memberhalakan kesuksesan, tapi gagal, boleh ditunggu di lapangan parkir: siapa tahu meloncat dari lantai 20. -Seno Gumira Ajidarma-

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Malam Ramadhan dan Waktu Merenung yang Terlupakan

10 Juni 2018   21:31 Diperbarui: 10 Juni 2018   21:55 1321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Malam Lebaran di Bengkalis Diramaikan dengan Festival Lampu Colok/Sumber Foto: Tribunnews.com

Lebaran tinggal menunggu hitungan hari. 

Sebentar lagi, umat muslim di seluruh dunia akan larut dalam kegembiraan idul Fitri. Mereka akan merayakan hari kemenangan setelah 30 hari menempa diri dengan menahan lapar, dahaga dan meredam hawa nafsunya.

Suasana perayaan mulai terlihat. Jalan-jalan sudah penuh sesak dengan kendaraan. Kemacetan mengular di mana-mana. Sementara, pusat-pusat perbelanjaan mulai dari pasar tradisional hingga mall dan plaza dibanjiri manusia.

Niatnya pun bermacam-macam mulai dari yang ingin ngabuburit sambil berbuka puasa di luar rumah, hingga mereka yang ingin berbelanja keperluan Lebaran.

Semua orang sepertinya larut dalam kebahagiaan dan lupa bahwa Ramadan belum lagi usai. Alih-alih berada di masjid atau rumah, kebanyakan orang malah tumpah ruah di pasar dan pusat hiburan.

Bagaimana dengan tempat ibadah? Obrolan dua orang bapak yang baru pulang salat tarawih dan saya curi dengar semalam menggambarkan suasana yang berbeda di masjid dekat rumah.

"Hari pertama tarawih masjid penuhnya kebangetan sampai ada yang pakai koran segala di lapangan. Eh, 10 hari terakhir Ramadan, shaf tarawih udah berkurang banyak."

Namun, lawan bicaranya menimpali lebih positif. "Iya, mungkin saja orang udah pada pulang mudik. Kan, kantor juga udah pada tutup".

Tidak mau kalah, bapak yang pertama membuka obrolan menimpali dengan canda. "Ya elah, emang udah begitu siklusnya, pak. Awal Ramadan ramai, pertengahan sepi, hari terakhir ramai lagi. Hahaha, keduanya kemudian tertawa.

Baca Juga: Ini adalah Ramadanku Tahun 1990

Lupa Merenung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun