Kisah yang ingin aku bagi, adalah tentang keseharian yang kerap kita lewatkan begitu saja. Tetapi kisah yang sesungguhnya berarti dalam Hidup. Â Ini tentang seorang teman yang saya temui ketika awal meniti karir di Bali. Pertama kali bertemu dengannya, adalah di rumah seorang pembimbing kehidupan. Â Teman ini duduk di sisi lain dan datang terlebih dahulu. Kami hanya dikenalkan singkat, bahkan saat itu tidak tahu siapa namanya, tapi wajahnya lekat.Â
Jalan Dharma, pengabdian membuat kami selalu bertemu, bahkan tanpa sengaja dan tanpa janjian. Teman ini bernama Jero Jemiwi (seorang Life Coach, Self Love Bali, Hypnotherapist, Lectures dan Trainer). Saya yang menggebu, tidak sabaran, tidak pernah takut, bahkan bisa langsung terdiam ketika teman ini, hanya menatap teduh seolah memberi perintah untuk 'calm down' tanpa perlu menggertak, bahkan bersuara pun tidak !
Nah ketika saya sedang merasa sangat terpuruk, rasanya dunia sedang membenci saya, sudah puluhan orang yang saya hubungi, baik via wa maupun sosmed. Sebagian ada yang R saja tanpa memberi respon, bahkan ada yang tidak terkirim, rasanya saya sudah dibloknya. Pun ketika mencoba menghubungi beberapa orang dewasa, saya diberi nasehat seolah-olah ingin mengatakan saya benar-benar bersalah. Tak disangka, sahabat ini ketika saya hubungi, rela menyiapkan waktunya berjam-jam. Seolah-olah memang sedang menunggu saya. Â Saya sangat merasa, beliau rela menjadi penyangga saya, yang sedang oleng. Sebenarnya, jika memilih menghujat, itu adalah kesempatannya, dimana Sang Singa sedang dipersalahkan ! Tapi beliau memilih bersama saya dan membiarkan saya bercerita apapun. Apa beliau tidak tahu saya sedang dihujat ? Tahu !
Saya selalu merasa, bahwa saudara itu ada bukan sekedar hubungan darah tetapi juga kemanusiaan. Betapa mulianya, jika ada seorang teman yang tidak meninggalkan temannya ketika sedang kesusahan. Siaiapun harus menghargai orang-orang yang tidak pergi ketika yang lain memilih pergi. Bahkan saudara sejati adalah dia yang selalu bersama kita, karena percaya dan menerima kita apa adanya. Manusia bisa salah, bisa saja, pernah salah, tetapi  arah kita, tujuan kita haruslah baik.Â
Jero Jemiwi sebagai Life Coach sudah memberi bukti kepada saya, bahwa beliau menjadi seorang coach, bukan karena pekerjaan itu 'panen uang' tetapi sifat dan kemuliaan hidup beliau yang ingin membantu banyak orang. Apakah saya membayarnya ketika beliau menyiapkan waktu buat saya ? Tidak. Saya membayarnya dengan hati dan apresiasi. Apakah beliau minta saya endorse ? TIdak pernah sama sekali. Beliau bekerja dengan hati, dengan kesungguhan.Â
Terima Kasih sudah menjadi penyangga saya, Jero. Semoga Semesta Memberikan Berkatnya.
Salam dari Singa yang pernah engkau tolong -Dr. Surpi Aryadharma
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H