Mohon tunggu...
Surpi Aryadharma
Surpi Aryadharma Mohon Tunggu... Penulis - Dosen, Peneliti, Penulis Buku, Dharmapracaraka

Gemar membaca, Mencintai Negara, Mendidik Anak Bangsa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dr Surpi Aryadharma, Misi Saya: Peningkatan Literasi dan SDM

23 Juli 2021   06:05 Diperbarui: 23 Juli 2021   06:20 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini Adalah potongan tulisan saya yang terbit di Jurnal Penjaminan Mutu UHN I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar:

"Literasi merupakan isu penting dalam dunia Pendidikan di Indonesia. Dalam sejarahnya sejak kemerdekaan,  Indonesia berjuang dalam upaya meningkatkan literasi. Diawali dengan program pengentasan buta hurup dan upaya meningkatkan ketrampilan. Sejak tahun 2000, Indonesia berkonsentrasi pada upaya peningkatan literasi terkait pemberdayaan termasuk meningkatkan minat baca komunitas (Indonesia, 2010).

Tingkat literasi Indonesia sangat rendah yakni 0,001 % berdasarkan data UNESCO.  Data dari Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan Dan Kebudayaan Badan Penelitian Dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, secara umum rata-rata nasional indeks aktivitas literasi membaca termasuk Indeks Aktivitas Literasi Membaca dalam kategori rendah. Sedangkan pada indeks provinsi sebanyak 9 provinsi masuk dalam kategori sedang, 24 provinsi masuk dalam kategori rendah, dan 1 provinsi masuk dalam kategori sangat rendah. Artinya, baik secara nasional maupun provinsi tidak ada yang masuk kategori tinggi.

Dari peringkat Indeks Alibaca provinsi, terdapat tiga provinsi yang memiliki angka indeks tertinggi, yaitu DKI Jakarta yang menduduki posisi pertama, disusul D.I. Yogyakarta, dan Kepulauan Riau. Sedangkan tiga provinsi yang memiliki indeks terendah antara lain Papua, Papua Barat, dan Kalimantan Barat (Wiratno et al., 2019). 0lehnya upaya peningkatan literasi oleh pemerintah mestinya disambut baik semua kalangan, termasuk komunitas dan perguruan Tinggi Hindu. Sebab hal ini berhubungan dengan semangat Pendidikan Hindu dalam Upaniad yang mengedepankan pembelajaran guna mencapai pencerahan. Semangat Pendidikan dan literasi menjadi dasar bagi upaniad dan teks-teks lain Veda. Pendidikan Hindu Kuno dapat menjadi spirit bagi Pendidikan di era modern guna membangun SDM Unggul (Surpi, 2017)."

Berangkat dari data yang memprihatinkan yakni tingkat literasi Indonesia sangat rendah yakni 0,001 %, artinya hanya 1 orang diantara seribu orang Indonesia yang memiliki minat baca yang tinggi, Saya bersemangat untuk mengemban misi Dharma yakni berupaya meningkatkan Literasi. Sebagai seorang akademisi saya mulai dari Literasi Hindu, artinya berupaya meningkatkan minat baca dan kesenangan untuk belajar. Olehnya tahun 2012 saya mendirikan Vivekananda Spirit Indonesia, bukan sebuah gerakan spiritual tetapi memiliki pilar 3 P yakni Penulis, Peneliti dan Pembicara Publik.

Pada tahun yang sama melebarkan menjadi Gerakan Bhagavad Gita Indonesia. Mengapa Bhagavad Gita ? Adalah upaya meningkatkan kecintaan membaca dalam hal ini adalah Bhagavad Gita yang merupakan Saripati Veda, yang sekaligus secara simultan akan membangun manusia. Membangun semangatnya, keberanian sekaligus karakter Dewata.  12 Januari 2020, Kami meluncurkan Gerakan Literasi Hindu dan berharap menjadi kesadaran bersama untuk membangun masyarakat Hindu yang Literat. Masyarakat Literat artinya bukan sekedar membaca tetapi meningkatkan Sumber Daya Manusia, meningkatkan kecerdasan, etos kerja, kepemimpinan maupun kemampuan kerjasama.

Dok. pribadi
Dok. pribadi

Sebagai Akademisi, Ilmuwan, saya memiliki tanggung jawab moral untuk membantu pemerintah dalam upaya peningkatan Literasi sekaligus concern terhadap SDM Unggul. Mimpi terbesar saya adalah membangun komunitas Hindu yang memiliki SDM yang unggul, etos kerja yang tinggi, kemampun kerjasama sekaligus memiliki karakter yang baik sehingga berbahagia dalam hidupnya. Sebagai seorang pembelajar Filsafat, keyakinan dalam pengertian ortodoks yang sempit, tidak menarik perhatian saya.

Dalam banyak tulisan dan Video saya selalu menyarankan membangun jembatan, bukan dinding. Sebagai seorang Pembelajar dan Pengajar Filsafat, saya lebih kepada hakikat dibandingkan bentuk. Saya lebih menghargai karakter, attitude, manner dibanding bungkusan keyakinan seseorang. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun