"Asal tahu saja, ibuku, Si Bunda itu adalah Pujakesuma, tetapi bukan bunga, melainkan akronim dari putri jawa kelahiran Sumatra karena lahir di Aceh,tepatnya di kota Sigil, ibu kota kabupaten Pidie."(Halaman 18)
Kutipan lain yang menunjukan bahwa Novel ini memakai alur maju. Kutipan  ini menjelaskan sejarah pendidikan Dilan dari SD kelas 5 sampai SMP kelas 3, artinya pengarang meceritakan secara beurutan dari si tokoh kecil hingga dewasa.
"Waktu kelas 5 SD aku mulai sekolah disekolah SD negeri yang ada di wilayah komplek dekat perumahanku. Mengingat jaraknya tidak jauh dari rumahku, dulu aku pergi sekolah pakai sepeda, itu belangsung sampai aku duduk dikelas 3 smp." (Halaman 33)
Masalah pertama yang menandai bahwa Novel ini sudah masuk ke rangsangan peristiwa adalah saat Dilan dan teman-temannya ditangkap Polisi;
" Ya,benar,malam itu kami di tangkap. Dan, polisi membawa kami ke kantornya. Mereka bilang bahwa kami ditangkap karena lelah melakukan tindakan yang akan meresahkan masyarakat."(Halaman 96)
Puncak masalah yang sangat membuat saya sedikit jengkel adalah saat Milea menemui Dilan setelah Dilan ditangkap polisi, Karena tuduhan pembunuhan si Akew, Si Akew adalah teman Dilan yang meninggal karena di keroyok oleh beberapa Geng motor. Hal pertama yang dilakukan Milea adalah membeci Dilan, karena Milea berannggapan bahwa Dilan terlibat dalam kejadian ini. Pada hari itu, Lia menampar Dilan dan mengatakan sesuatu yang tidak ingin diucapkan oleh beberapa pasangan muda, yaitu putus;
        "Ketika aku tersenyum untuk mencairkan situasi, diluar dugaan, tiba-tiba Lia menamparku, Itu mengejutkan! Itu sesuatu yang besar bagiku karena aku tidak percaya Lia akan melakukanya. Dia menatapku cukup tajam, lalu menangis setelah dia bicara dengan intonasi yang cukup tinggi:" Kita putus!"(Halaman 213)
Di tahap akhir yaitu tahap penyelesaian dari Novel ini. Semua kesalahpahaman yang terjadi antara Dilan dan Milea sudah terjawab, ternyata setelah mereka putus banyak sekali kesalahpengertian diantara kedua belah pihak. Tetapi sesalan, hanyalah sesalan tidak ada yang bisa di kembalikan lagi, Dilan dan Milea hanya bisa menyesal dan memandang kedepan untuk kehidupan yang baru mereka bangun lagi. Dua belah pihak sudah memiliki pasangan sendiri-sendiri. Â Diakhir Novel, Dilan menempatkan kata-kata keikhlasan karena tidak bersatunya Dia dengan Milea.
        "Aku tahu bukan itu yang kita harapkan, tapi itu adalah kenyataan, Ini bukan hal yang baik untuk merasakan sebuah perpisahan, tetapi sekarang bagaimana caranya kita tetap akan baik-baik saja setelah itu. Menerimanya dengan ikhlas, akan menjadi lebih penting dari pada semuanya."(Halaman 354)
Alur cerita yang diusung oleh pidi baiq juga adalah non tunggal. Artinya didalam Novel ini tidak hanya terfokus dengan kisah cinta yang dijalin antara Dilan dan Milea, tetapi juga diselingi dengan kisah orang-orang yang ada disekitarnya. Buktinya diawal Novel Dilan juga menceritakan preman-preman yang berteman dengan ayahnya.
        "Saat itu, aku belum tahu bahwa Mang Saman adalah preman yang cukup disegani dan ditakutin."(Halaman 28)