Mohon tunggu...
Hary Tri Suroyo
Hary Tri Suroyo Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Aku bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Surat buat Ibunda

18 Juni 2014   18:30 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:15 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sesampainya di Rumah Sakit, pegawai Rumah Sakit dengan cekatan memberikan pertolongan dan memberikan perawatan yang baik. Melihat hal itu Anton merasa lega dan tidak terlalu khawatir lagi dengan keadaan Ibu Maryani. Ia hanya bisa berdoa semoga Ibu Maryani cepat sembuh. Melihat keadaan Maryani yang harus dirawat inap, Anton berinisiatif  pulang terlebih dahulu untuk mengambil beberapa keperluan yang dibutuhkan Ibu Maryani, seperti selimut dan barang-barang lainnya.

Ketika telah tiba di rumah Ibu Maryani, Anton segera bergegas menyiapkan barang-barang yang hendak di bawa ke Rumah Sakit. Tanpa sengaja Anton menemukan sepucuk surat yang dikirimkan dari Dewi untuk Maryani. Dengan wajah penasaran ia bacalah perlahan dengan seksama. Seketika, wajahnya memerah betapa malunya diri Anton yang telah berburuk sangka kepada Dewi tadi. Ketika ia telah selesai membaca di bagian bawah surat tersebut terdapat nomor handphone Dewi. Betapa senangnya Anton melihat rangkaian angka-angka saling mengisi tersebut. Saat itu juga Anton langsung menghubungi Dewi guna memberikan kabar bahwa Ibunya dalam keadaan sakit dan saat ini sedang di rawat di Rumah Sakit.

Mendapat kabar dari Anton, seketika tubuh Dewi bergetar tak karuan, mukanya pucat pasi, denyut darahnya seolah bergejolak. saat itu pena yang biasanya ia genggam saat bekerja jatuh begitu pula dirinya yang tertunduk lesu dan bisa berkata-apa. Ia sangat terpukul mendapat kabar tersebut. Saat itu juga, ia bergegas untuk mengurus cutinya yang awalnya ia akan mengambil minggu depan. Ia tak peduli lagi dengan pekerjaannnya, yang terpenting saat ini ia harus melihat ibunya yang terbaring di Rumah sakit. Awalnya perusahaan menolak karna saat itu tenaga dari Dewi sangat dibutuhkan. Akan tetapi, Dewi tetap kukuh untuk pulang, ia benar-benar tidak mempedulikan lagi soal nasib pekerjaannya. Saat itu pulalah Dewi pulang menggunakan pesawat dari Bandung menuju kampung halamannya di Jambi.

Sesampainya di Jambi, Dewi langsung bergegas menuju Rumah Sakit tempat Ibunya dirawat yang sebelumya telah ditunjukan oleh Anton melalui telepon beberapa waktu yang lalu. Ketika tiba di Rumah Sakit Dewi disambut dengan Anton yang tengah menunggu di depan ruang perawatan.

“Di mana Ibuku, apa dia baik-baik saja....? tanya Dewi dengan nada khawatir
`    “saat ini Dokter sedang memeriksanya, berdoa saja Ibumu tidak apa-apa. Jawab Anton dengan nada mencoba menenagkan Dewi yang tengah khawatir

Selepaas menunggu beberapa saat, seorang Dokter keluar dari ruangan tempat Maryani dirawat. Dokter melihat sekelilingnya dan bertanya pada Anton apakah Anda keluarga dari Ibu Maryani. Dengan sigap Dewilah menyahut pertanyaan Dokter tersebut. “saya anaknya dok.! Bagaimana keadaan Ibu saya Dok.....? dia tidak kenapa-napa kan Dok...? Alhamdulillah dia tidak kenapa-napa dia hanya sedikit kelelahan dan ada sedikit beban mental. Hal itulah yang menyebabkan tubuhnya drop. Kemungkinan empat sampai lima hari ke depan Ibu Anda bisa kembali normal. Namun, saat ini Anda belum bisa masuk untuk melihatnya biarkanlah Ibumu istirahat serahkan saja semuanya kepada kami, kami akan berusaha semaksimal mungkin. Jawab dokter dengan mencoba menenangkan Dewi. Mendengar perkataan Dokter Dewi dan Anton merasa lega.

Suasana mulai sedikit tenang, Anton dan Dewi masih menunggu di luar ruang perawatan. Melihat Dewi dengan wajah yang masih khawatir Anton berusaha menenangkannya.

“Sudahlah.... tak perlu dipikirkan di dalam sana sudah ada orang yang merawatnya
Kau hanya perlu berdo’a semoga Ibumu diberikan kesembuhan” Anton berusaha menenangkan dengan menepuk-nepuk bahu Dewi.

“Iya Ton, terimakasih atas segala pertolonganmu, kalau bukan karna kau entah apa yang akan terjadi nantinya pada Ibuku” Dewi sambil menitihkan air mata.

“Sudahlah tak usah kau pikirkan soal hal itu, sudah sepantasnya sebagai seorang manusia saling tolong menolong. Oh iya bagaimana pekerjaamu kudengar kau bekerja di Bandung saat ini. Anton mencoba bertanya dari apa yang ia baca pada surat Dewi untuk Ibu Maryani.”

“Hmmmm..... Iya saat ini aku bekerja di salah satu Perusahaan swasta di Bandung, akan tetapi entah bagaimana nasib pekerjaanku kelak. Sebenarnya perusahaan menolak aku mengambil cuti saat ini. Tapi semua rela aku korbankan demi Ibuku Ton. Jawab Dewi dengan murung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun