Mohon tunggu...
Hary Tri Suroyo
Hary Tri Suroyo Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Aku bukan siapa-siapa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perjalanan

22 Juni 2014   12:40 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:50 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pohon-pohon di sepanjang jalan saling bergayut membangunkan daun-daun yang tengah tertidur. Sejauh perjalanan, suara musik khas minang menemani penumpang yang terlihat terkantuk-kantuk. Sesekali suara klakson mobil dihentakkan sang sopir hingga mengagetkan para penumpang yang tengah tertidur pulas. Suara bising mobil tua yang membawa para penumpang menjadi aktivitas baru di pagi itu.

Saat itu rintik hujan menemani perjalanan yang panjang. Jalan-jalan yang basah, bangunan-bangunan berjejer sejauh mata memandang, semerawut kota menjadi pemandangan baru, aktivitas manusia terlihat sepintas lalu. Semua berpadu menjadikan perjalanan saat itu seakan menjadi cerita yang tak ada habisnya.

Matahari enggan menampakkan tanda-tandanya. Sementara hujan masih terus menghiasi kaca depan mobil sang sopir. Selama perjalanan, terlihat di balik jendela pohon-pohon seolah menengadah ke atas menikmati rona langit yang memberikan harapan atas segala kehidupan. Perjalanan itu terasa sangat melelahkan, geliat para penumpang memaksakan sang sopir untuk istirahat sejenak.

Terlihat disebuah persimpangan, sebuah rumah makan sederhana menjadi pilihan untuk singgah sejenak. Mengendurkan urat-urat yang tegang dan mengisi perut yang tengah berderu kencang. Namun, hal itu tak berlangsung lama perjalanan masih akan dilanjutkan. Tampak sang sopir tengah menunggu para penumpang menaiki busnya kembali. Rasa empet yang sempat hilang sejenak kembali menemani para penumpang itu.

Suara starter bus menandakan perjalanan akan dilanjutkan. Tampak seorang ibu-ibu yang tengah menggendong anaknya berlarian menuju bus, wajahnya penuh khawatir ia takut ketinggalan bus. Sementara, cuaca yang tadinya hujan sudah terlihat cerah. Lagu-lagu khas minang kembali diperdengarkan kepada para penumpang, mulut sang sopir terlihat berkomat-kamit mengikuti alunan syair khas minang tersebut. Separuh perjalanan masih akan dilalui hingga menunggu tiba di Bumi Sriwijaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun