Saya baca di berita tadi, rupanya SBY telah mencanangkan 'Gerakan Pasar Murah Demokrat' di Jakarta. Dikatakan pula, pasar murah ini akan digelar di seluruh Indonesia, dengan kordinasi dari masing-masing DPD Demokrat di tiap provinsi.
Sebagai rakyat kecil, saya berterimakasih dengan gerakan ini. Ini yang selama ini kami tunggu-tunggu. Kegiatan yang mesti dikemas oleh partai politik tetapi langsung membutuhkan kebutuhan rakyat kecil. Tidak banyak omong, kerjakan saja yang bisa dikerjakan. Kongrit dan bermanfaat buat rakyat.
Apalagi di saat sekarang ini, di mana daya beli masyarakat turun, pendapatan kita pas-pasan bahkan sudah tidak cukup lagi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Belum lagi harga bahan-bahan pokok yang terus merangkak naik menjelang lebaran ini. Jadi bantuan seperti yang dilakukan SBY ini amat bermanfaat buat masyarakat.
Benar sekali apa yang disampaikan SBY. Jangan hanya makmur sendiri, mari makmur bersama-sama, jangan hanya sejahtera sendiri, mari sejahtera bersama-sama. Ini yang namanya adil. Kesejahteraan sosial buat kita semua. Yang makmur menolong yang kekurangan. Ini yang disebut dalam agama kita, dalam Pancasila.
Saya dengar, Jokowi dalam kunjungan kerjanya juga suka bagi-bagi sembako. Saya senang-senang saja dengan kedermawanan Presiden kita ini. Tapi jujur saja, saya tidak respek dengan kegiatannya ini. Soalnya, Jokowi banyak dalih. Dia bagi-bagi sembako ke rakyat kecil, tapi tidak mau mengaku kalau ekonomi kita sekarang sedang sulit, kalauy masyarakat hidupnya jauh lebih susah di era pemerintahannya daripada era pemerintahan SBY.
Jokowi berdalih, daya beli tidak menurun, yang ada cuma peralihan dari ekonomi kontan ke ekonomi digital, online. Saya geleng-geleng dengan dalih ini. Mungkin saja itu yang terjadi di kalangan menengah, tetapi di kalangan rakyat kecil ngomongin ekonomi digital dan ekonomi online itu masih jauh.
Apa penjual tahu sumedang di terminal itu gulung tikar gara-gara tidak menawarkan produknya di toko-toko online? Sejak kapan pula kita mau makan tahu sumedang di terminal trus beli secara online. Yang ada, ya lewat di sana, punya duit, langsung beli. Apa warung kelontong di depan rumah kita, warung pecel lela di tepi jalan, atau pedagang bumbu di pasar rusuh gelisah gara-gara tidak mau jadi mitra provider ojek online? Bukan itu, tapi gara-gara pembelinya memang sepi. Pendapatan rakyat kecil sudah tidak cukup buat jajan banyak-banyak, harus dihemas-hemat. Dan ini berimbas kepada para pedagang tadi.
Intinya ya jujur saja. Kalau Jokowi merasa perekonomian baik, rakyat sejahtera, ngapain juga bagi-bagi sembako setiap kunjungan kerja? Mana ngasihnya saya lihat ada yang dilempar-lempar begitu lagi. Logikanya kalau rakyat Indonesia sudah sejahtera, ya otomatis sudah lewat dari urusan perut. Maka yang perlu dibagi-bagi Jokowi itu ya sepeda, kulkas, laptop atau motor bukan malah sembako.Â
Karena itu, saya sepakat dengan SBY. Kata SBY, waktu lawatan di Jawa, dan Sumatera tempo hari, dia dengar masyarakat kesusahan karena daya beli yang turun, karena harga-hara naik, karena nilai pendapatan rakyat kecil semakin sedikit. Lalu SBY coba memberi solusi, membikin Gerakan Pasar Murah Demokrat di seluruh Indonesia. Kongrit solusinya, dan kita rakyat kecil menerimanya dengan respek dan penuh terimakasih. Karena SBY sudah jujur membaca fenomena beban ekonomi masyarakat, lalu bergerak cepat memberi solusi.
Tapi kan sekarang SBY bukan lagi presiden, Presidennya ya Jokowi. Maka, seharusnya saya, rakyat kita bisa berharap pada Jokowi. Tapi, kalau akar masalahnya saja ditolak, kalau Jokowi tidak mau mengaku kalau masyarakat kecil sedang kesusahan, bagaimana bisa kami berharap ada solusi cerdas darinya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H