Mohon tunggu...
suroto ph
suroto ph Mohon Tunggu... -

My name Suroto, I am concern on co-operative development and social- economic thought...and I live in Purwokerto-Central of Java and Jakarta-Indonesia. I am interested in the cooperative and community development and socio-economic thought. My blog at www.suroto-idea.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Koperasi dan Kapitalisme Global

23 November 2010   13:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:22 1123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh: Suroto

Prolog

"... Koperasi yang setia pada jatidirinya, dan justru karena itu,
berhasil menjawab tantangan-tantangan globalisasi..." (Ibnoe Soedjono, 2000)

Dunia saat ini adalah bentuk jejaring interdependensi umat manusia yang tidak lagi terikat oleh batas-batas teritori. Krisis keuangan global yang bermula di Amerika Serikat sejak akhir tahun lalu, dampaknya terlihat terus menjalar ke seluruh belahan dunia dan tak terkecuali Indonesia. Negara kaya-miskin tak dapat menghindarkan diri dari dampak krisis. Begitu juga tragedi kemanusiaan yang terjadi di Jalur Gaza, segera saja menyulut solidaritas warga dunia untuk turut menghentikan kekejaman Israel atas warga sipil Palestina. Begitulah gambaran globalsiasi tanpa batas teritori saat ini, yang oleh R.O Keohane dan Joseph S Nye (2000) dicirikan adanya keluasan (extencity), kekuatan (intencity), kecepatan (velocity) dan dampak (impact).

Globalisasi memang bersifat multidimensional, namun demikian, globalisasi ekonomi senantiasa tampil paling dominan karena globalisasi ekonomi memiliki dampak yang nyata dibandingkan dengan bentuk globalisasi non-ekonomi ( Prakash dan Hart 1999). Dalam sektor ekonomi, koperasi akan dihadapkan pada tantangan jangka panjang dunia yang semakin liberal dengan aktor utama Mutinational dan Transnational Corporation (TNC’s /MNC’s) serta lembaga-lembaga keuangan dan perdagangan dunia seperti International Monetery Fund (IMF), World Bank, World Trade Organization (WTO) yang merupakan anyaman yang sulur menyulur dari ekonomi global.

Globalisasi yang ditopang oleh kekuatan liberalisasi dan teknologi disatu sisi, telah menghasilkan sebuah gambaran dunia yang diametral. Kelimpahan di satu sisi dan serba kekurangan disisi lain. Globalisasi demikian menjadikan mayoritas masyarakat tak berpunya (the have not) di dominasi oleh minoritas masyarakat berpunya (the have). Pasar bebas (free market) sebagai topangan hidup kepentingan dari kapitalisme mendikte segala bentuk kehidupan masyarakat, dan termasuk dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Berangkat dari latar belakang diatas maka agar koperasi dapat memainkan perananya secara lebih luas di era globalisasi saat ini, maka ada baiknya kalau kita coba bongkar terlebih dahulu sebetulnya diposisi mana koperasi secara ideologis itu bermain dalam konstelasi global yang di dominasi oleh indeologi kapitalis saat ini. Selanjutnya dalam paper ini juga penulis ingin sampaikan beberapa informasi mengenai capaian-capaian koperasi di dunia sebagai fakta bahwa koperasi sebagai ideologi baru dunia mampu menciptakan dunia yang lain selain kapitalisme. Sebagai isu kekinian atas tuntutan demokratisasi, sengaja dalam paper ini penulis sampaikan sedikit analisa mengenai peluang koperasi untuk bermain di ruang baru yang disebut layanan public (public services).
Koperasi Ditengah Ideologi Lain

Menurut Warner Sombart , kapitalisme adalah sebuah sistem pemikiran ekonomi yang bersifat netral. Sebagai sistem pemikiran, kapitalisme ditandai oleh semangat tiga hal : pemilikan, persaingan dan rasionalitas. Sementara itu banyak pakar yang menganggap bahwa kapitalisme itu adalah sebuah sistem ekonomi atau sosial. Lebih sempit dari itu kapitalisme juga sering disebut sebagai “sistem industri modern”. Tapi dari berbagai pendapat dapat disimpulkan bahwa kapitalisme adalah sebuah bangunan sistem ekonomi yang diletakkan pada sebuah dasar pemikiran bahwa modal adalah sebagai penentu, diatas kepentingan kemanusiaan.

Sebagai sistem ekonomi, kapitalisme dicirikan adanya ; kegiatan ekonomi dan kontrol keuangan oleh usaha-usaha besar milik privat dalam arti orang seorang maupun keluarga, akumulasi laba sebesar-besarnya dalam motif profit (profit oriented), ekonomi pasar persaingan dominan yang ditopang dengan konsumerisme, penentuan harga tenaga kerja yang mengikuti mekanisme pasar.

Sementara, negara bertindak untuk melayani kepentingan pasar yang didominasi oleh para pemilik modal kapital besar. Negara menyokong investasi dan kredit, perlindungan tarif bagi importir, serta hak-hak istimewa. Kapitalisme dalam tahap akumulatif dapat menjaga stabilitas dan memperbesar pembelanjaan militer. Bagi negara-negara penganut paham “kapitalisme pinggiran” seperti Indonesia misalnya, seringkali karena pendapatan melebihi pengeluaranya, negara tak ubahnya sebuah mesin pencari utang.

Karena kita hari ini masih hidup dalam sistem kapitalis itu, maka hingga hari ini kita telah terbiasa dalam kondisi krisis, konflik dan ketegangan sebagai akibat persaingan dan keserakahan. Sebagai ilustrasi dapat kita lihat dengan apa yang terjadi dalam krisis keuangan di Amerika Serikat yang meluas ke seluruh penjuru dunia saat ini. Korporasi kapitalis besar karena untuk motif pencarian untung sebesar-besarnya telah turut pula merusak kehidupan sosial ekonomi masyarakat secara luas. Sementara negara, bertindak tidak fair dengan justru memberikan dana talangan kepada mereka dalam bentuk dana bail-out.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun