Arguni merupakan sebuah pulau karang di Teluk Berau, Fakfak, Papua Barat, berpasir putih dan banyak anggrek tumbuh di pulau ini.Â
Tidak hanya itu saja, pesona bawah air sekitar Arguni juga sangat bagus untuk snorkeling atau diving.
Sehari-harinya, penduduk Arguni hanya mengandalkan air hujan sebagai sumber air bersih untuk dikonsumsi. Sedangkan untuk MCK, mereka mengandalkan air sumur yang payau.Â
Di depan Pulau Arguni terdapat Pulau Kambing, walaupun namanya begitu tapi tidak ada kambing seekorpun di pulau tersebut. Pulau Kambing juga berpasir putih, banyak pohon kelapa di pantainya.Â
Dengan hasil perikanan yang melimpah, selain dijual ke British Petroleum LNG Tangguh, masyarakat Arguni sangat kreatif, mereka mengolah ikan menjadi ikan asin dan abon ikan.Â
Dibandingkan dengan kampung-kampung lainnya di Teluk Berau, Arguni cukup beruntung karena pulau ini mendapat akses sinyal telekomunikasi walaupun hanya sekedar telepon dan sms saja.Â
Sekitar bulan Juli setiap tahunnya, Arguni menjadi destinasi wajib bagi bule-bule kapal pesiar dari Bali.Â
Pulau Arguni sendiri mulai dikenal di Eropa ketika pada tahun 1937-1938, tim ekspedisi the Forschungsinstitut fur Kulturmorphologie of the University of Frankfurt melakukan eksplorasi di pulau ini.Â
Hasil eksplorasi ini ditulis oleh J. Roder dengan judul Ergebnisse einer Probegrabung in der Hohle Dudumunir auf Arguni, Mac Cluer-Golf (Holl. West Neuguinea) (1940), yang menyebutkan keberadaan situs gua penguburan, situs hunian prasejarah dan situs lukisan tebing di Teluk Berau.Â
Bagi pengunjung yang baru pertama kali berkunjung ke Arguni mungkin akan terheran-heran karena saking banyaknya kambing yang berkeliaran. Memang, kambing merupakan hewan peliharaan favorit masyarakat Arguni.Â
Populasi kambing di pulau ini mungkin sama banyaknya dengan jumlah penduduk Arguni. Saat ini penduduk Arguni sekitar 300 KK.Â