Pada kesempatan kali ini saya akan memaparkan praktik saya menggunakan metode STAR (Situasi, Tantangan, Aksi dan Refleksi).
Situasi
Yang melatar belakangi saya menerapkan pembelajaran Problem Based Learning ini menggunakan pendekatan kontekstual pada materi luas dan keliling lingkaran ialah dikarenakan situasi yang beragam dan kendala yang bervariasi ketika proses pembelajaran. Ketika belajar mengenai lingkaran yang hanya digambar saja, siswa masih banyak kesulitan dalam mencari atau memahami pemecahan masalahnya. Walaupun siswa SMK tergolong siswa yang sudah cukup kritis dalam berpikir, namun karena kami memiliki program khusus yang fokus pada mata pelajaran produktif, maka tak dapat dipungkiri ketika belajar pelajaran umum seperti matematika mereka masih memiliki banyak kendala mengenai hal ini. Kendala lainnya ialah minat belajar matematika yang masih rendah juga bisa mempengaruhi keinginan belajar matematika yang tergolong masih kurang. Apalagi asumsi terhadap pelajaran matematika yang sulit dan membosankan masih sangat membekas di pikiran siswa-siswi sekarang ini. Siswa juga dominan lebih suka pembelajaran yang berorientasi pada praktek dan belajar di luar ruangan.
Untuk mengatasi hal-hal yang menjadi kendala siswa dalam pembelajaran luas dan keliling lingkaran, maka sebagai guru saya menerapkan pembelajaran Problem Based Learning ini menggunakan pendekatan kontekstual. Yeung (Bilgin, 2009) menyatakan bahwa PBL adalah model pembelajaran yang mendorong pemahaman siswa pada materi dan menerapkan pengetahuan mereka untuk menyelesaikan masalah sehari-hari. Sedangkan pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan situasi dunia nyata dan mendorong siswa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari (Suyadi, 2013). Untuk itulah saya merasa pendekatan dan metode ini perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang dialami siswa, karena dengan pembelajaran berbasis problem based learning siswa akan berusaha mencari alternatif pemecahan masalahnya sendiri dengan dibantu guru sebagai fasilitator. Apalagi jika pembelajaran PBL ini menggunakan pendekatan kontekstual dimana kegiatan bisa disesuaikan dengan lingkungan siswa, minat siswa, dan pembelajaran di luar kelas. Sehingga minat dan motivasi siswa belajar matematika akan semakin meningkat. Ketika proses pembelajaran saya mengajak siswa membawa media relia yang berhubungan dengan benda-benda yang berbentuk lingkaran, sehingga memudahkan siswa dalam memahami materi terkait luas dan keliling lingkaran.
Tantangan
Setelah melakukan identifikasi masalah dengan refleksi diri, wawancara dengan guru mata pelajaran matematika lainnya, maka hal yang sama juga dialami yakni kami sesama guru mata pelajaran matematika menghadapi beberapa tantangan antara lain; minat dan motivasi siswa dalam belajar matematika yang masih rendah, metode pembelajaran yang kurang bervariasi diaplikasikan, siswa cenderung suka belajar di luar ruangan dan melakukan praktek langsung. Hal ini didukung dengan analisis saya melalui kajian literatur dan hasil wawancara dengan guru lainnya  dan analisis pendapat dari karya ilmiah dan beberapa jurnal  maka dapat disimpulkan bahwa siswa masih memiliki motivasi belajar matematika yang rendah  dikarenakan, kurangnya motivasi belajar dari orang tua dirumah, penggunaan metode guru yang tidak menarik dan guru tidak bisa manajemen kelas. Selain itu, guru masih lebih suka menggunakan pembelajaran konvensional yang dirasa lebih mudah dan praktis.
Dalam praktik ini yang terlibat antara lain; guru sebagai orang yang bertanggung jawab dalam melaksanakan,  menghadapi dan menyelesaikan tantangan. Murid sebagai objek dalam praktik baik ini, rekan sejawat sebagai teman untuk mendiskusikan hal hal yang diperlukan untuk menghadapi tantangan, sarana dan prasarana yang diperlukan, kepala sekolah  sebagai pemberi masukan dan pencerahan.
Aksi Nyata
Semua tantangan tersebut harus segera diselesaikan oleh guru, dengan cara, yaitu guru berupaya mengintegrasikan metode pembelajaran dengan media yang menarik agar minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran matematika meningkat. Guru juga sesekali bisa mengajak siswa belajar di luar kelas seperti di taman sekolah atau lapangan sekolah. Guru bisa mengajak siswa membuat media pembelajaran yang real sesuai materi pembelajaran, agar pokok bahasan materi bisa dipahami siswa lebih mudah dan benar-benar media yang konkret. Pada pelaksanaan kegiatan orientasi murid pada masalah dilakukan dengan menyimak video dan sedikit soal stimulasi dari guru. Murid menganalisis informasi terkait menentukan luas dan keliling lingkaran berdasarkan pertanyaan pemantik.
Dalam pelaksanaan pembelajaran guru melakukan pengkondisian murid terlebih dahulu, membuat kesepakatan kelas. Guru juga mengajak siswa membawa media relia yang boleh dibawa dari rumah misalnya bola, balon, dan lainnya yang berbentuk seperti lingkaran. Di sesi kegiatan diskusi, murid dibentuk menjadi beberapa kelompok kecil. Kelompok dibentuk secara heterogen, guru tetap menjadi pembimbing dalam kegiatan diskusi murid sehingga murid dapat terbantu  dan mengerti dengan  tutor  teman sebaya. Dengan mengamati cara mengukur luas dan keliling lingkaran mengguanakan media relia yang dibawa dan video pembelajaran serta dipandu oleh LKPD, siswa dapat berkolaborasi dalam penyelesaian masalah dalam menghitung luas dan keliling lingkaran. Selanjutnya murid menuliskan hasil penyelidikannya di LKPD dan terakhir guru memberikan evaluasi untuk mengukur sejauh mana mereka telah memahami materi yang telah diberikan.