Mohon tunggu...
Laili Surnia
Laili Surnia Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

NKRI Harga Mati bagi Generasi Penerus Bangsa Indonesia

20 Juni 2017   19:02 Diperbarui: 20 Juni 2017   19:48 1738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

NKRI harga mati, kalimat itu yang sering kita dengar belakangan ini baik lewat surat kabar atau melalui layar televisi. Kalimat NKRI harga mati sering kita ucapkan setelah ada sebuah kasus atau masalah dengan negara kita ini. Setelah sebagian dari kelompok masyarakat menginginkan negara kita ini menjadi negara Islam. Dan itu jelas karena banyak pertentangan antara masyarakat, kelompok, atau pun golongan. Padahal di negara ini adalah negara Indonesia yang mempunyai banyak pulau-pulau yang berpenghuni. Dari setiap pulau memiliki keberagaman suku, adat istiadat, bahasa, ras dan budaya.

Di jawa sendiri saja begitu banyak suku-suku. Belum yang berada di Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, dan Papua. Di negara kita ini juga mempunyai begitu banyak keyakinan dan kepercayaan yang telah di anut dari setiap suku-suku yang berpenghuni di pulau-pulau yang berada di negara ini. Karena itu, kita tidak bisa memaksakan dari beberapa orang agar negara Indonesia ini menjadi sebuah negara Islam. Di karenakan tentunya para pendiri negara ini telah memastikan, memikirkan, dan memusyawarahkan dengan para ulama' juga. Dengan memusyawarahkan hal tersebut bukanlah hal yang mudah karena hal tersebut akan dijadikan sebagai pilar-pilar negara dan menjadi pondasi sebagai penopang.

Dari hasil musyawarah, para pendiri bangsa ini menghasilkan Pancasila. Pancasila merupakan salah satu pilar penopang negara ini. Maka kita sebagai penerus bangsa, kita harus bersama-sama menjaga keutuhan tanah air ibu pertiwi, UUD 1945, Pancasila. NKRI adalah pondasi penopang keutuhan bangsa. Jangan sampai pilar-pilar bangsa ini ada yang menggoyahkan atau mencabut. Kita sebagai penerus bangsa benar-benar menjaganya supaya negara ini tidak terpecah-pecah karena hanya sebuah golongan atau pun kelompok. Kalau semua warga negara ini mau bersatu bukan hal yang mustahil bagi negara ini untuk menjadi negara yang maju dan di segani baik di Asia Tenggara maupun Dunia.

Di era sekarang ini, anak-anak bangsa memiliki kesempatan lebih untuk menjadi kaum intelegensi dari pada era jaman penjajahan dahulu. Kita tahu sekarang banyak warga negara Indonesia yang telah mengharumkan negaranya yaitu negara Indonesia bahkan dikancah Internasional. Contohnya saja melalui olimpiade fisika, matematika bahkan melalui olahraga juga. Sekarang banyak para penerus bangsa mendapatkan beasiswa di luar negeri. Tapi sayangnya mayoritas dari mereka setelah menyelesaikan pendidikan, justru mereka memilih bekerja di luar negeri bahkan tidak banyak dari mereka memilih hidup dan berdomisili di sana. Kenapa bisa seperti itu? 

Tentunya banyak alasan yang jadi penyebabnya mulai dari gaji yang lebih serta gaya hidup yang di sana. Tapi sebenarnya di hati mereka juga memiliki keinginan untuk bisa kembali ke negara kelahiran mereka baik karena ingin dekat dengan keluarga atau pun sudah nyaman dengan negara kelahiran mereka. Dan mereka juga tentunya ingin memajukan negaranya sendiri yaitu negara Indonesia.

Tidak dipungkiri lagi jika mereka mendapatkan kesempatan berkarir di Indonesia mereka pasti akan kembali untuk membangun negara ini. Tinggal bagaimana pemerintah bisa menyediakan lapangan pekerjaan dan memberi kesempatan kepada mereka. Jangan hanya mengandalkan para ahli dari negara lain saja karena negara kita juga memiliki banyak tenaga ahli yang tidak kalah saing dengan tenaga ahli dari luar negeri. Maka dari itu berilah kesempatan kepada putra putri dari negara kita ini. 

Ayo kita bangkitkan lagi semangat NKRI yang telah diperjuangkan para pendahulu kita. Seperti pejuang yang telah mengorbankan hidupnya untuk bangsa ini yaitu Prof. Mr. Muh. Yamin yang berpidato bahwa tidak baik dan melanggar rasa kebaktian apabila kita memperdebatkannya akan tetapi melanggar rasa kebaktian penuh kehormatan kepada beribu pejuang yang telah gugur di medan pertempuran membela NKRI berdasarkan ajaran Pancasila, akan berarti suatu tanda kebimbangan ratusan rakyat sekarang kepada pengorbanan bagi pelaksanaan peranan luhur segala pejuang yang mengorbankan harta benda dan jiwa raga yang dikutip dari buku Hubungan antara Proklamasi dengan Pembukaan dan Batang Tubuh UUD'45 dari karangan Letkol. J.W. Sulandra SH.

 Dengan hal tersebut, kita sebagai warga negara Indonesia harus membangun negara ini dan panggil kembali para ahli-ahli yang berada di luar negeri untuk membangun tanah kelahiran. Ayolah pemerintah perbanyak lapangan pekerjaan di negara ini sebagai alat untuk menarik keinginan para warga Indonesia yang berada di luar negeri dan kembali ke tanah air Indonesia. Tetapi tidak hanya lapangan pekerjaan saja melainkan kesejahteraan dan fasilitas yang memadai juga harus lebih di tingkatkan lagi karena kesejahteraan para pekerja di Indonesia masih kurang.

Kepada para generasi muda dari bangsa Indonesia ini, marilah kita bangkitkan lagi semangat persatuan da kesatuan NKRI yang telah di bangun para pahlawan terdahulu dan pejuang kemerdekaan bangsa. Janganlah sia-siakan perjuangan mereka yang telah memperjuangkan negara ini dari negara lain. Supaya negara ini menjadi negara yang tangguh dan tidak mudah terpecah belah hanya perbuatan dari beberapa orang saja. Bahkan para pejuang sampai rela mengorbankan nyawa mereka demi negara Indonesia agar terbebas dari penjajahan. Sebagai generasi penerus seharusnya mencontoh sikap perjuangan dari mereka yang telah memperjuangkan negara ini.

 Maka NKRI harus kita jaga dan perjuangkan seperti halnya menjaga nyawa kita sendiri dengan sebaik-baiknya. Sila-sila yang ada pada pancasila seharusnya kita tanamkan pada kehidupan sehari-hari karena pancasila sudah mewakili keberagaman suku, budaya, ras dan agama. Untuk itu marilah kita sebagai penerus bangsa ini membangun NKRI bersama-sama demi persatuan dan kesatuan negara Indonesia. Jayalah Imdonesiaku.

Laili Surnia Ningsih

6 PAI A1

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun