Mohon tunggu...
Suriyanto Bari
Suriyanto Bari Mohon Tunggu... menulis -

Berharap bisa belajar dari segala pengalaman hidup. Dari yang paling kecil sampai yang besar.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Suara Media Suara Partai

20 Februari 2012   12:43 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:25 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Demokrat tak sepantasnya misuh-misuh dengan pemberitaan di media massa. Mereka harus bisa menjadikan pemberitaan yang tak memihak itu sebagai alat koreksi diri. Merubah diri untuk kembali menjadi partai yang dipilih pada pada 2014.

Demokrat juga harus sadar, suara di media massa -tidak semua media memang- adalah suara partai juga. Dua televisi berita yang sangat berpengaruh dalam membentuk persepsi publik. Tv One dan Metro Tv, keduanyaadalah corong kepentingan dua pesaing Demokrat.

Orang gila pun tahu, Tv One adalah Aburizal Bakrie. Aburizal Bakrie adalah Golkar. Maka suara TV One adalah suara Golkar. Selain Tv merah ini  di bawah bendera Golkar masih ada situs berita online vivanews.com yang juga punya Bakrie dan harian Suara Karya.

Metro Tv adalah Surya Paloh, Surya Paloh adalah Nasional Demokrat (Nasdem). Bicara Metro TV tentu tidak bisa lepas dari koran harian Media Indonesia yang lebih dulu hadir.

Tentang Nasdem yang katanya tak akan menjadi partai politik namun sekarang sudah jadi partai, nama taipan media Hari Tanoe Sudibjoe tentu tak bisa dilepaskan. Pemilik MNC (Media Nusantara Citra) Grup mengomandoi media RCTI, Global TV, MNC TV, Sindo TV, Harian Seputar Indonesia, Okezone.com dan Sindo Radio. Suara media ini adalah suara Hari Tanoe pasti dalam konteks politik. Dan Hari Tanoe adalah Nasdem.

Sah-sah saja jika Golkar dan Nasdem sebagai lawan politik Demokrat ingin menggembosi partai ini yang pemilihnya tengah diombang-ambing karena kisruh petinggi-petingginya.

Demokrat sendiri saat ini hanya bisa mengandalkan kekuatan tak seberapa harian Jurnal Nasional yang katanya punya hubungan mesra dengan Ketua Dewan Pembina Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono. Itupuan mereka tak kompromi dengan Demokrat jika masalah korupsi pengurusnya. Kepentingan koran ini hanya pada sosok Yudhoyono.

Sementara media massa yang lain seperti Kompas dan Tempo, Sinar Harapan dan Suara Pembaruan lebih pada melihat kasus korupsi Demokrat sebagai kasus yang harus dituntaskan. Sama halnya media milik Chairul Tanjung, Trans TV, Tran7, dan detik.com. Jika berani membela Demokrat sama saja bunuh diri karena dinilai pro korupsi.

Jika ingin ada media massa yang isinya memuji Demokrat, buat saja media sendiri, diisi sendiri dan isinya memuji diri sendiri. Gampang kan. Seperti Metro TV yang selalu menyiarkan pidato Surya Paloh secara utuh, seperti Tv One yang selalu meliput acara Aburizal Bakrie dan Golkar meski itu hanya acara sunat massal atau bagi-bagi sembako.

Sekian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun