Padahal Pak Romero pegawai Negeri yang seharusnya pada hari Sabtu seperti ini liburan tetapi demi tugas yang harus selesai hari ini maka dipala-palai juga hari Sabtu berkeliling dengan meminta bantuan saya.
Atau apakah cuma karena pengalaman pribadi yang ketika mendapat bantuan dana bergulir pada tahun 2004 yang hingga saat ini tidak jelas keberadaannya lalu memfonis bahwa semua koperasi itu seperti itu. Diberi bantuan tidak jelas. Saya berpikir lagi. Kok begini ya pikirannya seorang anggota dewan.
Tadinya saya berpikir dengan datang ke rumah bapak dewan yang terhormat Drs. Hartoyo saya bersilaturrahmi dengan teman. Sebab waktu dia berangkat jadi dewan untuk pertama sekali, beliau ketua kecamatan saya bendaharanya. Dan ikut menjadi protokol sewaktu kampanye.
"Kayak Tantowi yahya kalau Bapak jadi pembawa acara" demikian kata sebagian teman-teman usai acara.
Ya saya pikir saya mendapat sesuatu yang indah hari ini. Ketemu kawan yang sudah jadi dewan dua periode. Kabarnya sudah S2 lagi. Namun apa yang terjadi ? Saya malah mendapat tamparan yang seakan tangan saya sendiri yang menampar muka saya.
Katanya begini di depan Romero.
"Saya orang yang paling pesimis dengan koperasi. Koperasi hanya mengecer-ecer uang"
Dan ini sudah yang kedua kali saya dengar dari mulutnya.
"Ya. Apa jadinya kalau ada seratus anggota dewan di pusat sana berpikirnya seperti ini ?"
"Lalu harus seperti apa koperasi ini dibuat pak. Padahal ada koperasi telah melahirkan Bank BUKOPIN. Bukan Bank Bukopin yang melahirkan koperasi. Dan masih banyak lagi koperasi yang telah berbuat banyak untuk negeri ini. Apa ya tak tahu. Masya Allah.
Saya dan Romero melanjutkan perjalanan kami menjemput form isian ke desa lain. Meski tak jauh perjalanan jadi capek sekali.