Ditanganku dan suamiku telah dititipkan 3 amanat Tuhan yang tak boleh ku sia-siakan. Tiga malaikat kecil yang menghiasi hari -- hari yang kelak aku diminta pertanggungjawabannya.
Rinanda tangisan pertama putri kecilku yang membuat hidupku semakin indah... buah cintaku dan suamiku yang terlahir secara premature. Yang hanya mempunai berat 2.5 kg dan panjang 49 cm.Â
Hati berharap harap cemas menunggu kehadirannya. Peristiwa yang kurang nyaman terjadi pada saat aku mengandungnya.Â
Ketika kandunganku 8 bulan aku terjatuh di kamar mandi dan pendaharan. Tak punya pengalaman melahirkan aku hanya bisa menjerit dan menangis , dengan cekatan suamiku membawaku ke rumah sakit.Â
Sebelum sampai rumah sakit begitu banyak darah segar keluar, bahkan aku berfikir apakah bayiku dapat  terselamatkan.Â
Sampai di rumah sakit aku langsung dpat penanganan dokter yang  mengatakan aku terpaksa harus melahirkan karena kandunganku sudah turun. Mungkin karena hentakan di lantai yang membuatku kandunganku begini.
Sebagai ibu muda aku ketakutan... berbagai pikiran kacau mengganggu, bagaimana dengan putriku, bagaimana kelak kelahiranya, bagaimana dengan kondisinya , cacatkah dia... sempurnakah dia?Â
Sebelum kuputuskan untuk melahirkan ku dengarkan saran dokter baik-baik. Tidak ada resiko untuk bayiku karena dalam keadaan premature, tapi bisa di masukkan ke incubator sebagai penghangat tubuhnya.Â
Dokter juga mengatakan bayiku telah sempurna secara fisik. Kalau bayiku dipertahankan dalam kandungan justru malah berbahaya.
Kekuatan yang ku terima dari suamiku memberanikanku untuk melakukan semua ini. Aku terpaksa melahirkan putri kecilku. Suatu proses yang baru pertama kalinya ku hadapi.Â
Aku hanya pasrah dengan ketentuan ilahi. Aku tau semua yang terjadi pasti menjadi hal terbaik bagiku. Dengan bantuan dokterdan perawat yang begitu sadar aku menarik dan menghembuskan nafas, sebagaimana proses bayi lahir secara normal