Menawarkan menerima keluhan publik banyak dilakukan oleh elemen pemerintahan sekarang. Itu merupakan angin perubahan yang menjanjikan kehidupan berpemerintahan. Yang sedang banyak dibicarakan orang sat ini, yaitu langkah blusukan Jokowi. Pemerintahan dibuat karena ada masyarakatnya, dan keluhan masyarakat tak lebih menandakan masyarakat membutuhkan pemerintahan.
Jokowi menawarkan untuk mendengarkan secara langsung. Mungkin maksudnya mencegah "distorsi" ABS. Yang jaman dulu umum ditawarkan adalah melalui kotak pos. SBY membuka kotak pengaduan sms 9949 untuk mempermudah masyarakat menyampaikan keluhan sejak semakin jarangnya masyarakat menggunakan kartu pos. Polri pun tak kalah, institusi yang sedang menanggung beban berat mengalami krisis kepercayaan publik membuka kesempatan mengadukan keluhan melalui websitenya.
Fenomena bebasnya para pengendara sepeda motor yang seakan berlomba adu nyaring dalam beberapa tahun belakangan, selalu membayangi rasa penasaran saya "apakah pemerintahan ini masih ada".
Seorang teman menyarankan saya untuk menghubungi Wakil Gubernur DKI yang baru, Ahok, melalui email. Meskipun tak terlalu berharap, kutuliskan saja keluhan yang dirasakan guru-guru sekolah yang lokasinya di pinggir jalan yang dulu hanya berhenti sejenak menjelaskan kepada murud-muridnya menunggu satu sepeda motor berisik lewat. Kini mereka tak bisa menunggu lagi. Kalau mereka harus menunggu, bisa jadi mereka tak jadi mengajar karena motor berisik yang melewati sekolahnya datang setiap menit.
Tak banyak berharap. Dalam hati terbersit sikap pesemistis, paling juga tak dibaca atau dijawab dengan auto replay. Setelah sekitar 10 menit menekan tombol SEND, terlihat ada tanda email masuk. Ternyata email respon berasal dari alamat email Ahok.
Kubuka dengan perasaan ingin tahu. Dari foot note bisa diketahui email jawaban dikirim dari BlackBerry (bukan bermaksud promosi lho). Email balasannya singkat, hanya 2 kalimat, "Terima kasih masukannya. Lokasi mengajar dimana?"
Sebenarnya repon itu tak banyak berbeda dengan respon yang diterima dari 9949 yang berisi ucapan terima kasih atas masukan kita. Website Polri juga begitu, hanya jawabannya lebih panjang. Tetapi saya sama sekali tak antusias membaca jawaban dari 9949 maupun Polri terhadap masalah yang sama. Meskipun respon dari website Polri cukup panjang, ujung-ujungnya kepolisian menyalahkan masyarakat sendiri. Uuuhhh.... polisi.... polisi!
Kalimat kedua dari email jawaban Ahok, meskipun singkat hanya 3 kata, kalaimat itu cukup menyiratkan komitmennya untuk segera mengatasi keluhan rakyatnya.
Sekarang, Sms 9949 dan website Polri telah terbukti hanya basa-basi. Telah setahun lebih keluhan disampaikan, tanpa ada perbaikan. Paling hanya mendapat ucapan terima kasih. Yang terjadi justru kondisi bertambah buruk.
Email kepada Ahok baru saya kirimkan kemarin pagi, kita tunggu apakah Ahok memang berbeda dari yang lain. Kita tunggu apakah Ahok bisa memperlihatkan bahwa pemerintahan memang diperlukan ataukah saya akan mencibir "Ah, ternyata Ahok sama saja!"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H