Mohon tunggu...
Santi Harahap
Santi Harahap Mohon Tunggu... Administrasi - Berjuang menegakkan kebenaran walaupun dengan Do'a

Berbagi walaupun hanya dengan satu kata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Makna Revolusi yang Sebenarnya

11 Mei 2019   14:25 Diperbarui: 11 Mei 2019   14:28 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulan Ramadhan adalah bulan penuh kebaikan bagi umat muslim di seluruh dunia, semua hal kebaikan akan dilipatgandakan oleh Yang Maha Kuasa begitu juga dengan keburukan akan dilipatgandakan keburukannya tersebut, sehingga bagi umat muslim marilah kita fokus untuk beribadah dan doakan siapa yang dipilih Tuhan sebagai pemimpin negara kita yang tercinta ini untuk lima tahun kedepan, karena mengingat kurang dari dua minggu lamanya hasil resmi pemilihan presiden dari KPU akan dirilis.

Sebagai masyarakat yang patuh dan taat kepada hukum marilah menerima apa pun keputusan yang terbaik dari Tuhan berikan bagi pemimpin negara kita yang tercinta ini dalam 5 tahun yang akan datang, karena sudah pasti pemimpin yang terpilih kelak pasti akan mencurahkan jiwa dan raganya demi keamanan, kenyamanan dan kesejahteraan yang semata-mata demi rakyat. Tetapi tetap saja ada segilintir orang-orang "anti mainstream" yang ingin mengganggu stabilitas politik dan keamanan negara, baru beberapa hari yang lalu tokoh paranormal serta politikus senior dari salah satu partai politik yang mengajak masyarakat untuk melakukan revolusi.

Ajakan revolusi bukan berarti harus makar kepada negara, karena revolusi yang sebenarnya adalah revitalisasi cara berfikir yang lebih dewasa, luas dan mengerti perbedaan dalam cara pandang dalam bingkai NKRI dan Bhineka Tunggal Ika, jika dilihat dari ajakan revolusi yang dilakukan oleh Permadi justru akan memecah mulai dari agama, suku dan budaya, ini yang harus kita waspadai sehingga kita sebagai warga negara yang bijak agar menyaring setiap perkataan serta ajakan provokatif yang bertujuan memecah belah umat dan bangsa.

Negara kita adalah negara hukum yang semua kegiatan sudah diatur berdasarkan hukum yang berlaku, janganlah berlebihan dalam memandang proses demokrasi yang tak sesuai harapan, dan sebagai negara yang menganut sistem demokrasi jika ada pandangan yang berbeda dalam hal apapun lakukanlah dengan cara yang baik kepada lembaga atau instansi yang telah difasilitasi oleh pemerintah, dan  perlu kita pedomani bahwa musuh utama dalam persatuan yang sebenarnya adalah fikiran kita yang fanatik pada golongan sendiri tanpa mau berbagi untuk persatuan bangsa yang lebih besar, bukan karena perbedaan politik dan suku. Semoga menjadi inspirasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun