Mohon tunggu...
Suratman Abdillah Fajar
Suratman Abdillah Fajar Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi Indonesia

saya hanyalah pemuda sederhana yang berusaha menjadi luar biasa dengan doa, tekad, dan usaha . Ahli Gizi di Unit Gizi RS Muhammadiyah Bandung. InsyaAllah calon ahli Gizi pertama yang menjadi Menteri Kesehatan RI :) Amin

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ahli Gizi Mari Membangun Indonesia

12 Juli 2016   11:15 Diperbarui: 12 Juli 2016   11:56 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Belum selesai masalah anak-anak indonesia yang mengalami gizi buruk. Kini muncul sebuah berita yang sedang menjadi viral di semua media sosial. Yaitu kasus seorang anak yang mengalami obesitas tingkat berat.

Sebuah pertanyaan klasik akan muncul. “Siapa yang harus bertanggung jawab untuk kasus seperti ini ?”. Dan mengingat akan jawaban-jawaban sebelumnya terkait kasus 12 orang pengemudi yang meninggal pada saat arus mudik 2016 kemarin. Maka kasus yang baru mencuat ini pun bukan tidak mungkin akan menjadi bola panas yang bergulir kembali.

Jadi berhentilah bersikap seperti pecundang dengan mencari kambing hitam. Mari bersikap ksatria. Baik pemerintah pusat dalam hal ini Kemenkes RI, pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Kesehatan, Unsur-unsur Dinas kesehatan dalam hal ini Puskesmas dan semua elemen yang terkait. Menyatakan satu suara bahwa hal ini adalah tanggung jawab bersama, yang bisa kita selesaikan jika kita bekerja sama.

Karena bisa saja kasus anak obesitas ataupun kasus-kasus malnutrisi lainnya di indonesia adalah wujud dari kelalaian ataupun wujud dari hilangnya rasa kepedulian antar sesama. Jika ini adalah tanggung jawab bersama maka salah satunya saya katakan, ini adalah tanggung jawab kita para ahli gizi.

“the right man and the right place”. Ahli gizi salah satu yang diberikan amanah oleh undang-undang untuk mengatasi permasalahan gizi di indonesia. tentunya memiliki kewajiban untuk ikut serta dalam mengatasi masalah ini.

Memang bila kita cermati, keterbatasan ahli gizi di puskesmas menjadi titik yang rentan sebagai alasan. ketika muncul permasalahan-permasalahan malnutrisi di indonesia. tapi sejatinya kita tidak bisa terus menerus menjadikan itu sebuah alasan.

Untuk membantu masyarakat lebih peduli tentang gizi, kita tidak perlu berjumlah ratusan ribu, tidak harus bekerja sebagai PNS di puskesmas, tidak mesti selalu menjadi pegawai di rumah sakit atau pemerintah. Tapi kita hanya perlu Ahli gizi yang di hatinya masih tertanam sumpah untuk membantu dan memberikan ilmu kepada masyarakat.

Ahli Gizi dimanapun kalian tinggal, dimanapun kalian menuntut ilmu, dimanapun kalian bekerja. Sebagai Ahli Gizi sampaikanlah kepada masyarakat meski itu hanya satu informasi tentang gizi. Baik lewat media sosial, televisi, radio, tulisan ataupun dengan lisan.

Bayangkan jika satu Ahli Gizi memberikan informasi kepada satu orang, kemudian orang tersebut melanjutkan informasi kepada dua orang lainnya lalu berlanjut kepada tiga orang lainnya. Maka bukan tidak mungkin seluruh rakyat indonesia akan tahu informasi tersebut.

Saya percaya jika rantai informasi ini terwujud, tidak ada lagi ahli gizi yang keluar jalur profesinya, tidak ada lagi ahli gizi yang bertugas di pendaftaran pasien, tidak ada lagi ahli gizi yang hanya diam ditempat, tidak ada lagi Ahli Gizi yang tidak di hargai, tidak ada lagi posyandu yang sepi anak-anak. Dan yang paling penting adalah tidak ada lagi anak-anak indonesia yang menderita karena kasus malnutrisi. karena di Indonesia ada kami Para Ahli Gizi.

Oleh : Suratman A Fajar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun