Kembali kepada reklamasi 17 pulau teluk Jakarta, kawasan ini semula adalah laut yang diurug menjadi pulau pulau. Â Pertanyaannya kenapa harus reklamasi, apakah tidak ada daratan lagi. Â Dibutuhkan anggaran yang sangat besar untuk menjadikan wilayah ini menjadi daratan baru, karena terjadinya pulau pulau berasal dari tanah tumbuh yang dibuat secara pribadi perusahaan pengembang, mahalnya investasi tentunya sudah menjadi pertimbangan masa depan untuk kepentingan eksklusif. Kedepannya untuk siapa pemukiman pulau pulau reklamasi ini, salah satunya dapat dilhat dalam promosi berbahasa mandarin di website https://www.youtube.com/watch?v=JgnyFBQCXA.Â
Cobalah untuk disimak iklan tersebut sebelum keburu dihapus, iklan yang berdurasi lebih kurang 15 menit ini mempromosikan kepada orang kaya di Tiongkok untuk memiliki property di Pluit City. Â Jangan kuatir dan ragu dalam kemudahan karena pengembangnya satu bahasa dan satu etika (Agung Podomoro Group) terus bagaimana atas status hukumnya? Â
 Pemerintah DKI telah melindungi WNA memiliki property pribadi di Indonesia  melalui Peraturan Pemerintah nomer 103 tahun 2015 dimana orang asing dapat memiliki rumah maupun apartemen di Indonesia selama 80 tahun. Ketentuan ini juga disebutkan untuk rumah tinggal harga satuan termurah di Jakarta adalah Rp 10 miliar. Banten, Jabar dan Jatim Rp 5 miliar. Jateng, DIY, dan Bali Rp 3 miliar.Â
NTB, Sumut, Kaltim, dan Sulsesl Rp 2 miliar, serta daerah lainnya di luar daerah-daerah tersebut Rp 1 miliar. Adapun untuk apartemen harga termurah di Jakarta Rp 5 miliar. Banten, Jabar, Jateng, dan DIY Rp 1 miliar. Jatim Rp 1,5 miliar. Bali Rp 2 miliar. NTB, Sumut, Kaltim, dan Sulsesl masing-masing Rp 1 miliar serta dan daerah lainnya Rp 750 juta.
Mari kita berpikir harga segitu sebuah nilai yang sangat terjangkau untuk mata uang asing apabila di kurs kan dengan rupiah. Akankah masa depan Jakarta seperti Singapura, Shanghai dan Hongkong sebuah kota megapolitan yang sangat maju, dipenuhi dengan pusat perbelanjaan modern milik asing seperti Lottemart (Korea), Aeon (Jepang) Ikea (Swedia) dan Lain lain.
Semua kenyamanan tersebut untuk kemudahan warga asing dan orang kaya sedangkan pasar tradisional dan koperasi seperti pasar inpres, pasar jaya dan pasaraya peninggalan almarhum presiden Soeharto sudah dipinggirkan karena mengakomodasi kearifan lokal masyarakat,  seiring dengan penduduk miskin yang dipinggirkan dari Jakarta satu demi satu,  sampai akhirnya masyarakat pribumi lokal hanya mampu menempati tata ruang di penyangga Jakarta saja (BOTABEK), dan memang bersamaan pembangunan property, penertiban kawasan dan marjinalisasi penduduk lokal keluar Jakarta  sudah disiapkan modernisai kereta KRL dan bus Transjakarta sebagai transportasinya agar masyarakat pribumi lokal dapat berkunjung ke Jakarta……Hebat..!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H