Mohon tunggu...
Surahmat An-Nashih
Surahmat An-Nashih Mohon Tunggu... -

Idealisme sederhana dan realita luar biasa menempa diri dan membimbing ke jalan pulang yang indah kepada Sang Maha Cinta

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Canon Pixma Mp280, Rekomendasi Anak Gadisku

1 Mei 2014   23:31 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:58 581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1398936541989642915


Kalau ini kuceritakan, bukan karena ada kisah indah di sana, atau malah  kisah mengharu biru. Tapi ini tentang keinginan memiliki printer yang mudah digunakan, efisien, awet dan irit.

Maaf, aku harus memulai dengan menceritakan wajahku. Mengapa? Apakah wajahku mirip printer? Ah, tentu saja tidak. Alasannya bermula dari salah faham sebagian orang tentang diriku. Terkadang mereka yang baru kenal tidak percaya jika usiaku kini 45 tahun lebih. Lebih tak percaya lagi bahwa diriku adalah ayah dari 5 orang anak, yakni mahasiswi semester IV dan II, siswi tsanawiyah kelas IX dan VII, dan cowok ganteng kelas V SD.  Bahkan terkadang diriku ini diprediksi baru berusia 35 tahun.

Aku memang menikah di usia muda. Waktu itu tahun 1992, kuliah baru semester III. Namun usiaku sudah 24 tahun. Maklum, setamat SMA terpasa menganggur lama, dalam arti menunda kuliah karena harus bekerja.

Keluargaku tergolong wong cilik, meski tak pernah menilai keterbatasan materi sebagai miskin. Merasa miskin hanya membuat kita tak bermartabat. Bahkan keputusan menikah karena menghindari pacaran. Pesan ustadzahku, buktikan cinta dengan menikah, jangan kotori dengan syahwat asmara.

Sejak menikah itu kuliahku tersendat, belum lagi harus ambil cuti. Namun alhamdulillah akhirnya selesai juga, meski wisudaku baru di tahun 2000. Yang pasti, 2 tahun kemudian aku behasil lulus ujian CPNS. Waktu itu anakku sudah 5 orang dan yang sulung baru kelas V SD. Bisa dibayangkan bagaimana repotnya. Syukur alhamdulillah, memiliki istri yang pandai bersyukur dan bersabar adalah anugerah terindah.

Dari sekian pengalaman masa kuliah, menulis skripsi adalah pengalaman paling membekas. Lebih jelasnya menyedihkan. Bagaimana tidak, di zaman yang telah marak komputer itu aku masih menggunakan mesin tik manual untuk skripsi. Penyebabnya klise, tak mampu membeli komputer, tak punya cukup biaya untuk membayar rental, terlebih biaya ngeprint.

Maka setelah menjadi PNS seolah tak ingin menurunkan kesengsaraan pada anak-anakku, aku membeli komputer lengkap dengan printernya. Sungguh bahagia menyaksikan anak-anakku menikmati komputer, bisa ngeprint apapun yang mereka inginkan. Dari sekedar menyalurkan hobi dan bakat, hingga mengerjakan tugas-tugas dari sekolah. Bayangkan, aku yang hingga masa menulis skripsi belum bisa merasakan bagaimana nikmatnya ngeprint dari printer milik sendiri, namun anak-anakku justru begitu mudahnya.

Subhanallah .... alhamdulillah ....

Namun itulah. Selain latar belakangku yang wong cilik, ternyata aku ini awam soal komputer, apalagi printer. Aku tak tahu printer merek mana yang kualitasnya baik dan tintanya irit, selain harganya terjangau. Akibatnya printer baru yang masih gres itu harus sering mengisi tinta. Tintanya cepat habis.

Awalnya sih tidak masalah. Namun ketika berkali-kali harus mengisi tinta, tersadar juga bahwa printerku itu boros. Aku mulai suka mengeluh. Harus menyisihkan anggaran tertentu demi keamanannya. Kalau saja aku ini pejabat tinggi, tentu tak masalah. Lha diriku PNS golongan IIIa dengan 5 anak, gaji yang sedikit harus diirit-irit.

Hadeuuuh! Belum lagi ketika bulan kedua printerku sudah mulai rewel, sering masuk servis. Hingga akhirnya rusak sama sekali. Lengkaplah sudah keluh kesahku. Harus menabung untuk memberi printer baru. Jika akan ngeprint harus ke rental. Mulailah muncul sesal, mengapa tidak teliti ketika dulu akan membeli.

Jujur, printer pertama yang kumiliki itu mereknya BukanCanon. Bahkan istriku yang penyabar pun kurang mendukung ketika menyisihkan anggaran untuk membeli printer. Menurutnya semua printer itu sama, dibuat untuk cepat rusak. Supaya segera membeli yang baru.

Nyaris saja urusan printer – lebih tepatnya soal membagi anggaran – menjadi sebab pertengkaran kami. Untunglah aku sadar. Harus ada solusi untuk memiliki printer baru tanpa melewati pertengkaran.

Alhamdulillah, aku dapat gaji ke-13. Lebih dari cukup untuk membeli printer. Namun aku sadar, istriku tentu tak akan mendukung. Maka diam-diam aku melobi anak-anak kami. Yang pertama mendukung justru putri kami yang ketiga, kala itu baru tsanawiyah kelas VII. Katanya, dia terlalu repot kalau harus selalu ngeprint di rental, sementara tugas dari sekolah hampir tiap hari ada.

Kusampaikan itu pada istriku. Sebenarnya ia masih belum terlalu terpengaruh alasanku yang menyitir cerita putri kami. Hanya saja kemudian aku membawa persoalan ini ke musyawarah keluarga, dimana seluruh anak kami ada. Tentu saja anak-anakku setuju. Maka tak ada pilihan bagi istriku selain menyetujui, hanya ada satu syarat. Syaratnya bukan printer yang rewel, boros dan cepat rusak.

Persyaratan itu dijawab oleh anak gadis kami yang sulung. Ia merekomendasikan Canon PIXMA MP280. Katanya, ia sudah membuktikan  setiap kali menginap di rumah kost temannya untuk mengerjakan tugas kuliah. Selain printernya mudah digunakan, efisien, awet dan irit; juga dilengkapi fasilitas  scanner dan foto copy. Kita bisa menscan gambar, foto dan apapun; juga untuk menggandakan dokumen, KTP, akta nikah dll tidak harus pergi ke tempat foto copy.

Istriku mantap. Esoknya segera ke Jogja*****k Mall dan teramat mudah mendapatkan benda itu. Sampai di rumah anak-anak kami tak sabar mencobanya, terlebih si putri ketiga. Lalu semua nimbrung. Bahagia banget. Lebih bahagia lagi karena apa yang diekomendasikan anak gadisku terbukti : Canon PIXMA MP280 memang mudah digunakan, efisien, awet dan irit, serta dilengkapi fasilitas  scanner dan foto copy.

-Surahmat An-Nashih -

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun