Mohon tunggu...
Rahmat Petuguran
Rahmat Petuguran Mohon Tunggu... -

Orang desa, senang jalan-jalan dan membaca...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kisah Kakek, Anak, Cucu, Mantu Terpaksa Ngamen Bareng Tidak Punya Kerjaan

24 September 2011   04:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:40 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Percaya dengan klaim pemerintah kalau ekonomi Indonesia membaik? Bagi Anda yang hidup nyaman, barangkali percaya. Tapi, simaklah kisah ini. Sebuah keluarga dari Ambarawa terdiri dari kakek, anak, mantu, dan cucu bekerja ngamen di perempatan jalan karena tidak punya pekerjaan lain.

Sebagaimana ditulis PortalSemarang.Com, Grup kesenian Wargo Budoyo berdiri sekitar dua tahun lalu. Pri Eko, pria asal Jogja, adalah inisiatornya. Awalnya mereka main untuk memenuhi tanggapan, seperti karnaval atau Agustusan. Namun karena tanggapan semakin sepi, mereka memilih turun ke jalan. “Setahun paling cuma dua atau tiga kali,” kata Pri.

Anggota Wargo Budoyo ternyata masih satu keluarga. Riwayat adalah istri Pri. Riwayat adalah anak Tarmudi. Danang adalah putra pasangan Riwayat dan Pri. Sementara Febri adalah anak Suyahmin. Seluruhnya adalah warga Kelurahan Kupang, Ambarawa. “Ada satu lagi anak perempuan saya yang biasanya ikut. Tapi akrena baru punya anak, sekarang momong aja di rumah,” terang Pri.

Ngamen di jalan sebenarnya bukan pilihan. Pekerjaan itu mereka pilih lantaran belum punya pekerjaan lain. Pri sendiri seorang peadagang musiman. Dulu ia punya “dasaran” di pasar Ambarawa. Jelang lebaran biasanya berjualan pakaian.

Sementara Danang, yang usianya baru 20 tahun, dulu bekerja di bengkel las. Ia keluar lantaran matanya tidak kuat dekat dengan api seharian. Lantaran belum dapat pekerjaan lain, ia mengikuti orang tuanya ngamen.

“Biasanya mulai jam 1 siang. Dari rumah berangkat jam 10, kita make up, terus ke jalan. Nanti selesai jam 5,” terang Tarmudi.

Bagiaman pendapata Kompasianer sekalian?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun