“Gotong royong” adalah faham yang dinamis, lebih dinamis dari “kekeluargaan”. . . Kekeluargaan adalah satu faham yang statis, tetapi gotong royong, menggambarkan satu usaha, satu amal, satu pekerjaan . . . satu karyo, satu gawe. . . Gotong-royong adalah pembantingan-tulang bersama, pemerasan-berkeringat bersama perjoangan bantu-binatu bersama” (Soekarno)
Kepala Pusat Studi Pancasila Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Sindung Tjahyadi mengatakan, penghapusan pendidikan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa terkesan disengaja karena dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) memang tidak ada tentang kurikulum Pancasila. ”Karena UU Sisdiknas tak mencantumkan Pancasila dalam kurikulum, sekolah atau perguruan tinggi tak berani mengajarkan hal tersebut. Dengan kebijakan ini, pemerintah sendiri yang sebenarnya justru mengabaikan nilai-nilai Pancasila,” ungkapnya.
Penghancuran Bangsa Secara Sistematis Kian Terlihat
Untuk menghancurkan suatu bangsa agar menjadi lemah dan mudah di kuasai adalah dengan cara membuat anak bangsanya menjadi bodoh, cara yang paling cepat membuat anak bangsa bodoh adalah dengan memotong akar budayanya, kemudian di cekoki dengan doktrin text sehingga nalarnya mati. Dengan demikian mudah sekali di kuasai dengan memberikan dokrin-doktin yang sudah dikemas dengan budaya dari negeri tertentu atau faham-faham sempit tertentu. Dan saat ini upaya tersebut sedang berlangsung, dan masihkan kita berdiam diri melihat hal tersebut ?.
Penghapusan pendidikan Pancasila sebagai dasar Negara dan ideology adalah sebuah upaya untuk memotong anak bangsa ini dari akar budanya sendiri, karena Pancasila adalah pintu gerbang masuk pelajaran tentang gotong royong , budi pekerti, nilai-nilai kemanusiaan, kerukunan dan toleransi bergama.Nilai-nilai mulia yang berasal dari perenungan Bapak Bangsa ini sangat di butuhkan untuk membangun karater anak bangsa sehingga memiliki kepribadian Indonesia,
Sejumlah guru di beberapa daerah, Kamis (5/5), mengatakan, kini sangat sulit menanamkan nilai-nilai seperti musyawarah, gotong royong, dan toleransi beragama kepada murid-murid karena pelajaran Kewarganegaraan lebih menekankan aspek wacana dan hafalan. ”Sesuai kurikulum, materi yang diberikan memang hanya hafalan dan penambahan pengetahuan. Sedikit peluang penanaman nilai dan pembentukan moral anak,” kata Kepala SMAN 1 Lawa, Muna, Sulawesi Tenggara, La Ose. Menjawab permasalahan tersebut kita semua harus kembali menyelami Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa tak ada cara lain.
Kita Semua Harus Kembali Menyelami Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Untuk Melahirkan Manusia Indonesia Baru
Upayapenghancuran negeri secara sistematis ini hanya bisa di cegah jika kita semua kembali menyelami Pancasila sebagai Ideologi Bangsa, kita harus mempu menyelami text ideology tersebut dan mengaplikasikannya ke dalam kehidupan sehari- hari , melalui buku kecil seorang tokoh nasionalis Anand Krishna mencoba menyumbangkan pemikirannya, tangkaplah getar kebangsaan Pancasila melalui buku kecil “INDONESIA BARU”
“Manusia Indonesia baru tidak menciptakan kelompok-kelompok ekslusif dan tidak menjadi bagian darinya – karena ia sadara bahwa eksklusifitas bertentangan dengan budaya asalnya, bertentangan dengan ruh bangsa, bertentangan dengan jiwa dan semangat di balik kemerdekaan Rakyat dan pendirian Negara Indoensia”
Manusia Indonesia Baru dapat berdiri setara dan membangun bersama karena semangat gotong royong yang mengalir bersama darahnya menjadi sebuah ideology yang hidup yang berdegubsusuai dengan irama jantung, semangat gotong royong adalah kekuatan Manusia Indonesia Baru.Dengan memahami semangat gotong royongtersebut seorang anak bangsa akan mampu membangun negerinya dengan penuh kecintaan. Karena anak bangsa tersebut menyadari kesatuan sesama anak bangsa, tidak hanya kesatuan dengan satu umat agama tertentu atau kesatuan antar sukutertentu yang oleh bung Karno di katakan sebagai semangat kekeluargaan, semangat gotong royong lebih dari pada itu, semangat gotong royong adalah semangat kesatuan antar anak bangsa.
Pancasila adalah Ideologi yang dapat mempersatukan kita sebagai suatu bangsa, Pancasila sebagai Ideologi memang harus di terjemahkan ke dalam bahasa prilaku, oleh karenanya di perlukan kesadaran awal yaitu menyadari nilai-nilai luhur kemanusian yang sama. Melalui nilai-nlai kemanusiaan tersebut kita dapat melangkah dan menyelami Pancasila, tanpa dapat menyadari nilai-nilai kemanusiaan yang sama, maka selamanya kita akan terkotak-kotak dan mengartikan pancasila hanya sebagai text belaka, seperti yang di ungkapkan oleh Mungin Eddy Wibowo Anggota Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), “ nilai-nilai Pancasila sebenarnya sudah termuat dalam kurikulum pendidikan nasional sejak pendidikan dasar hingga perguruan tinggi. Namun, pemahaman guru masih terbatas pada tekstual dan belum sampai pada pemahaman kontekstual,”
Padahal, dalam kurikulum pendidikan yang berlaku saat ini, tambah Mungin, peran guru sangat penting, terutama untuk merancang kurikulum sekolah yang lebih mengarah pada pembentukan karakter peserta didik. ”Jika guru tak mampu menerjemahkan kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan dengan contoh konkret, peserta didik akan kesulitan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Kembali Kepangkuan Ibu Kandung Bunda Pertiwi
Selama ini kita sudah menyia-nyikan Ibu Kandung kita sendiri, bolak-balik kita mondar-mandiri mengagumbi Ibu Kandung bangsa lain, saatnya mohon pengampunan kepada Bunda Pertiwi, peringatn demi peringatan sudah di berikan untuk menyadarkan kita semua. Kita haru memohon ampun kepada Tuhan Yang Maha Esa atas pemikiran-pemikiran kita yang justeru menyebabkan perpecahan, kita harus kembali ke akar budaya bangsa Ini. Kita harus kembali ke Pancasila dan Bhineka Tungal Ika.
“Indonesia ialah nama negeri tempat menusia Indonesia dan kebudayaan Indonesia, sebagai suatu etape kea rah persekutuan dunia yang menjadi cita-cita segala orang yang besar-besar dalam segala zaman” (St Takdir Alisjahbana)
Refrensi :
Indonesia baru – Anand Krishna – PT. One Eart Media
Pendidikan Pancasila Dihapus - Berita kompas.com Jumat, 6 Mei 2011 | 03:07 WIB
= = = =
Di Publikasikan di :
http://www.oneearthmedia.net/ind
http://www.facebook.com/su.rahman.full
http://www.kompasiana.com/surahman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H