“Manusia adalah ibarat setetes air kecil, berbagai agama adalah ibarat sungai-sungai dan Tuhan Yang Maha Esa adalah samudera yang abadi dan kekal” Sai Baba.
Banyak yang mengatakan kepada saya jikalau ingin menyelami sebuah kebijaksanaan maka selami lah dari yang satu agama dan satu iman, saya kemudian balik bertanya “Kenapa kita tidak menyelami sebuah kebijaksanaan dari mereka yang dapat mendekatkan diri kita kepada nilai-nilai kemanusiaan?, bukan kah itu yang terpenting, karena agama di tutunkan untuk membuat manusia lebih manusiawi, memanusiakan manusia itu lah tujuan agama, memanusiakan manusia agar dapat kembali menjadi fitrah sehingga layak mendiami ‘rumah’ suciNya. Yang terpenting adalah kita tidak mengganti agama kita namun kita dapat memperbaiki kwalitas beragama kita, memperbaiki kwalitas kemanusiaan kita, menurut saya itu yang terpenting.
Sai Baba mengatakan sejumlah air di dalam samudera luas nan tak terhingga menguap, naik ke langit, membentuk awan-awan yang bergulung-gulung di langit yang tak terbatas. Kemudian hujan turun berwujud berjuta-juta tetes air yang dengan pelan tetapi pasti menemukan jalan mereka menuju ke berbagai sungai. Setelah melalui pengembaraan panjang melewati jalan berkelok, menerobos hutan lebat, menaiki dan menuruni lembah pada akhirnya sungai-sungai ini pun berhasil menemukan samudera, samudera tempat mereka berasal.Manusia adalah ibarat setetes air kecil, yang berusaha menemukan kembali rumah asal, menemukan kembali kampung halaman.
“Semua agama mengajarkan Kebenaran Sejati yang sama, yaitu , bahwa jalan tercepat ke arah Tuhan adalah melalui jalan yang bernama :”Menjadi Baik, Melihat Yang Baik dan Berbuat Yang Baik” Sai Baba
Menurut Sai Baba mengganti agama, atau pindah agama tidak akan membuat kwalitas kita menjadi baik, yang harus dilakukan adalah melakoni agama. Melakoni agama berarti menyadari hakekat kemanusiaan yang terkandung di dalam setiap insan, menghormati setiap agama karena apapun agama yang di anut adalah merupakan jalan menuju Tuhan. Ritus agamanya berbeda, tradisi agama yang berbeda, namun tujuannya satu menuju Dia Yang Maha Satu AdaNya, menuju rumah samudera yang tak terbatas.
“Anda harus mendalami pengertian dan mempraktekan agama anda sendiri serta menghormati dan memahami pandangan agama lain, karena semua mengarah ke Tuhan yang sama melalui jalan masing-masing” Sai Baba
Kita tidak bisa melakukan pembenaran terhadap emosi diri yang tidak terkendali dan menuding orang lain sesat hanya karena kita tidak dapat menguasai amarah, karena kita belum dapat menguasai perasaan irim dan emosi-semoi lainnya. Ketika Peristiwa PKI meletus banyak korban yang sebenarnya hanya petani biasa, hanya orang biasa namun di bantai hanya karena ada tetangga yang tidak suka, dan kemudian mengatkan bahawa orang tersbut adalah PKI.
Suatu hari Mullah yang kebetulan baru mendapatkan pekerjaan sebagai office boy, kena damprat oleh managernya karena Mullah salah memberikan minuman. Mau ngomong apa, terkecuali maaf, dan memperbaiki pekerjaannya yang salah itu. Manager yang kebetulan sebelumnya sudah marah karena di omeli oleh direkturnya melampiaskan amarahnya kepada Mullah yang merupakan bawahannya, Mullah pun sebenarnya kesal diomeli oleh managernya namun mau bagaimana posisinya ada pada posisi terbawah mau tak mau di terima saja lah. Pulang dari kantor Mullah melihat seekor anjing, karena memang sedang kesal, Mullah pun melempari anjing tersebut, tidak apa-apa karena anjing itu haram menurut keyakinan Mullah.
Sering kali kita seperti Mullah yang melampiaskan amarah kita dan membuat pembenaran dengan dalil agama, kita harus berkaca kepada diri kita sendiri, kita harus bertanya kepada diri kita sendiri sudah benarkah diriku sehingga menuding orang lain sesat ? dan benarkah bahwa diriku sendiri tidak sedang tersesat ?.
“Pelajaran – Pelajaran Tuhan tidak pernah salah , hanya manusia yang mempraktekannya dengan cara yang salah” Sai Baba
Sekali lagi mari kita semua melakukan instropeksi ke dalam diri, sudahkah kita terbebas dari emosi-emosi yang tidak terkendali, sudahkan kita terbebas dari amarah, dari iri hati, dari ketakutan. Jika belum mari kita menggunakan waktu untuk memberdaya diri , untuk membenahi diri kita sendiri, hasilnya akan lebih baik dan akan lebih mendekati kepada nilai-nilai kemanusiaan ketimbang kita menyesat-nyesatkan orang.
Salam memberdaya diri.
Di Dalam Cahaya Sai – Yayasan Sri Satya Sai Indonesia – 1993
= = = =
Di Publikasikan di :
http://www.oneearthmedia.net/ind
http://www.facebook.com/su.rahman.full
http://www.kompasiana.com/surahman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H