Mohon tunggu...
Su Rahman
Su Rahman Mohon Tunggu... -

Hanya manusia biasa yang sedang mencari jalan untuk pulang

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Istri yang Merelakan Suaminya Kawin Lagi (Perbudakan Diri)

1 Juli 2010   10:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:10 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Di dalam buku TELAGA PENCERAHAN DI TENGAH GURUN KEHIDUPAN buah karya Anand Krishna memaparkan : “Perbudakan yang berkepanjangan bisa membisukan nurani manusia. Manusia mulai terbiasa dengan keadaan yang menimpanya. Ia mulai berkompromi dengan keadaan yang menerimanya. Ia mulai berkompromi dengan keadaan. Ia menganggap perbudakan itu sebagai kodratnya Jangan mengira manusia maka kini sudah sepenuhnya bebas dari perbudakan. Manusia masih budak. Ia diperbudak oleh ideologi-ideologi semu. Ia diperbudak oleh dogma-dogma yang sudah usang. Ia diperbudak oleh paham-paham dan kepercayaan yang sudah kadaluarsa. Tetapi ia tetap juga membisu. Jiwanya sudah mati. Ia ibarat bangkai yang kebetulan masih bernafas………… Semua itu disebabkan oleh pengkondisian, begitulah yang dialami oleh seorang istri yang merelakan suaminya kawin lagi, siistri bahkan dengan bangga memproklamirkan hal itu. Dipengajian-pengajian, mungkin dia ingin berbagi derita dengan mengajak para istri lain untuk merasakan sesaknya dimadu. Siistri berbicara tentang surga dan pahala jika mengijinkan suaminya mengawini perempuan lain. Sebuah penelitian dilakukan oleh ilmuan melibatkan 2 ekor ikan barracuda, 2 ikan itu dimasukan ke dalam 2 aquarium besar. 1 akuarium diberikan sekat tembus pandang dari kaca, aquarium satunya lagi tidak diberikan sekat. Pada aquarium yang diberikan sekat pada sekat kosong satunya lagi dimasukan ikan kecil mangsa ikan barracuda, apa yang terjadi iklan barracuda itu langsung menyambar ikan kecil itu, namun terbentur oleh sekat. Ikan kecil itupun meringkuk di pojok ketakutan. Dalam beberapa minggu ikan barracuda tersebut tetap berusaha untuk memburu ikan kecil namun tentu saja selalu gagal karena ada sekat, hingga kemudian ikan barracuda itu pasrah dan menerima kondisi, dia tidak lagi berusaha memburu ikan kecil itu. Kemudian sekat aquarium itu dibuka, wal hasil kondisinya tetap sama, ikan barracuda itu sudah enggan, sudah kehilangan gairah, sudah memaklumkan diri dan tetap tidak memburu ikan kecil tersebut. Semua itu karena pengkondisian, jika dikondisikan istri harus patuh apa kata suami termasuk jika suami ingin kawin lagi, maka siistripun akan patuh, untuk menghibur dirinya dia membayangkan surga sebagai imbalan atas penderitaannya itu. Suatu waktu saya sedang berkunjung ke rumah seorang saudara, sedang ada hajatan dan banyak saudara yang kumpul. Karana capek saya tiduran di sofa, dan diruang sebelah banyak ibu-ibu muda yang sedang ngerumpi. Tak sengaja saya mendengar dialog yang membuat saya kaget sekaligus tertawa jika menginggatnya : Istri 1 “Kenapa ya kalau laki-laki, kalau pas ‘pengen’ harus diberi, sementara kalau kita yang ‘pengen’ kadang-kadang dia malah males, alasan capek, memangnya kita para istri ngga cape apa ngrusin anak, ngurusin rumah, ah egois memang lelaki” Istri 2 menimpali, wanita ini nampaknya lebih senior dibandingan istri yang lainnya, “Weit, jangan begitu. Pokoknya kalau suami minta, harus diberi, kalau engga kita nanti kena dosa. Dikutuk kita sama Allah, pokonya amal ibadah kita dalam satu harian itu tidak akan diterima oleh Allah karena kita menolak keinginan suami yang sedang ingin. Itu ada Hadisnya lho, jangan main-main” Isteri yang lain terdiam, mungkin termanggut-manggut, mungkin merenung, entahlah. Siistri2 ini melanjutkan, “Makanya kalau sebelum tidur saya selalu menawari suami sambil………(nah ini yang saya ngga tahu soalnya dipraktekan langsung, hanya suara para istri yang tertawa terbahak-bahak, tetapi kira-kira saya tahu apa yang dilakukannya) Wah repot juga, alangkah menyedikan nasib para isteri. Kalau kelakukan suaminya ngga benar, dianiaya manut saja yang penting suami bahagia. Wah runtuh republik ini!. Dan lebih tragis lagi itu semua dilakukan di dalam nama agama dan Tuhan atas imbalan surga. Pertanyaan buat kita semua sudahkan kita membebaskan budak dari perbudakan hari ini ?, tak ada yang dapat menyelamatkan kita dari api neraka terkecuali kesadaran kita sendiri dan tak ada yang dapat memberikan kedamaian surga terkecuali kesadaran kita sendiri. Dan semua itu harus terjadi SEKARANG ! di kehidupan kita SAAT INI !. Refrensi : TELAGA PENCERAHAN DI TENGAH GURUN KEHIDUPAN – Anand Krishna – PT. Gramedia Pustaka Utama

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun