oleh Amira Fawzia Di siang hari yang tidak telalu terik dan agak mendung, kerumunan mahasiswa, tukang becak sampai pejabat, orang tua hingga anak-anak tumpah ruah di lokasi dekat Gong Perdamaian Taman Pintar Jogjakarta. Dalam acara yang diselenggarakan oleh KOMAHI (Korps Mahasiswa Hubingan Internasional) Univ. Gadjah Mada, untuk memperingati International Day of Peace, menggelar Peace Parade dan Orasi beberapa tokoh,salah satunya adalah Ambassador of Peace dari Parliament of World's Religion, Anand Krishna. Orasi singkat yang berdurasi kurang lebih limabelas menit menyedot perhatian para khalayak yang hadir. Dalam orasinya Bapak Anand Krishna menggaris bawahi pentingnya peran anak muda dalam menciptakan perdamaian. Anak muda yang seharusnya mengambil role, yang diwujudkan dalamaction. Mengutip salah satu quotes Pak Karno, "Kalau melihat orang tua, saya ingat kuburan, tapi kalau melihat orang muda saya melihat harapan baru.” Anak-anak muda yang menghargai dan terus menggali nilai-nilai luhur budaya kita sendiri, adalah tameng terhadap kerusuhan dan kekerasan yang melanda kini. Teknologi sains terus berkembang dan melesat bak roket, namun nyatanya kemajuan sains tidak berarti apapun, bahkan cenderung membahayakan kita sendiri, jika kita lupa mengembangkan rasa damai, mengakses kedamaian dalam diri. Kedamaian dulu, baru love, baru bisa share. Jika diri sudah damai, baru kita bisa berhenti mengkritik, dan banyak berbuat. Tidak lagi NATO (Not Action Talk Only), memberi solusi konkrit dan riil untuk memperbaiki kondisi yang ada sekarang, membuat dunia ini lebih indah untuk dihuni. Jika sudah damai, kedamaian tadi diterjemahkan dalam kasih, melayani sesama, dan dalam pelayanan terhadap sesama ini, kebersamaan dapat diwujudkan. Kebersamaan ini yang disebut-sebut oleh para founding fatherssebagai gotong royong. Kedamaian dapat diupayakan dengan menyeimbangkan otak kanan dan kiri kita. Bapak Anand Krishna juga memberi latihan pernafasan yang simple yang bisa dilakukan setiap saat untuk mengupayakan keseimbangan otak kanan dan kiri. Latihan ini diperoeh dari khazanah budaya kita sendiri, dari Ronggowarsito ini dapat mengantar kita untuk menemukan sumber kedamaian yang ternyata tidak jauh di sana, tapi di dalam sini, di dalam diri. Setelah orasi singkat dari Pak Anand, giliran penampilan dari anak-anak community programme One Earth. Anak-anak pemberani dan ceria dari usia 3 tahun hingga 10 tahun, mampu memukau para pengunjung Taman Pintar sore itu, dengan memberi "orasi a la mereka sendiri". Lewat story telling,dan lagu genki sarat pesan tentang perdamaian, One Earth, One Sky, One Humankind, dan koreografer seru yang akhirnya ditirukan para pengunjung, anak-anak cemerlang ini ikut berkontribusi dalam menyadarkan kita semua, mari akhiri pertengkaran dan permusuhan, mari utamakan kebaikan bagi sesama dan tidak hanya berfokus pada keuntungan diri saja. Anak-anak juga memberi kenang-kenangan pada panitia hand print mungil mereka yang penuh warna, di selembar kertas putih berbentuk heart, mengingatkan bahwa mewujudkan perdamaian adalah komitmen kita bersama, anak-anak, orang tua, siapa pun kita, mari sebarkan damai ini karna kita hidup di atas satu bumi, di bawah satu langit, dan kita adalah satu umat manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H