Mohon tunggu...
Su Rahman
Su Rahman Mohon Tunggu... -

Hanya manusia biasa yang sedang mencari jalan untuk pulang

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kisah Klasik Seorang Pejalan

25 Juli 2012   02:55 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:40 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

“Aku bertanya kepada seorang anak yang sedang beijalan sambil membawa lilin, "Dari mana cahaya itu berasal?" Tiba-tiba ia meniupnya. "Katakan kepadaku, ke manakah perginya - maka aku akan mengatakan kepadamu dari mana asalnya."

(Hasan al-Bashri)

Guruku selalu mengatakan betapa pentingnya kawan seperjalanan, pentingnya sebuah support group. Karena sewaktu-waktu kita bisa lengah dan jika ada kawan seperjalanan didalam lengah itu ada yang mengingatkan.

Ada sebuah kisah turun temurun yang diceritakan untuk senantiasa mengingatkan seorang pejalan untuk selalu mawas diri, untuk menyelam ke dalam diri dan selalu bertanya. Guruku juga pernah bercerita tentang  cerita ini namun dalam bentuk yang sedikit berbeda, namun sama-sama tentang menunggu pintu.

Dikisahkan ada seorang pejalan yang dikarunia hati yang bersih, dia gemar membantu sesama dengan penuh keikhlasan.  Langkah kakinya membawa pejalan ini menyusuri jagad raya Tuhan dan mensyukuri kemaha besaran Tuhan, dimana kakinya menginjak disanalah dia berbagi kepada siapa saja dengan penuh keiklasan.

Dia berlajar dari pengalaman, nampak cahaya kebijakan bersinar dari wajahnya yang penuh dengan welas asih. Namun ada satu kekurangan dari dirnya yaitu dia senang sekali tidur, pejalan ini meskipun telah mendapatkan cahaya kebijakan illahi namun masih tetap engan melepaskan kenyamanan.

Meski pejalan ini dapat hidup dimana-pun kakinya menginjak buku, kemana wajah menghadap disitulah rumah tempat dia tinggal. Namun kebiasaannya tidur itu sering kali membuatnya kehilangan banyak kesempatan , mulai dari kesempatan belajar lebih dalam lagi tentang misteri kehidupan yang tengah coba diajarkan olehNya. Hingga kesempatan berbuat baik kepada sesama, banyak kesempatan yang lewat begitu saja karena dia sedang tertidur.

Akhirnya apda suatu ketika ditengah perjalanannya dia meninggal, tiba-lah ruhnya di alam sana. Ditemuinya sebuah tempat yang indah luar biasa, disusurinya jalan yang dipenuhi oleh bunga yang semerbak warnanya.

Dipenghujung jalan didapati oleh pejalan ini sebuah pintu gerbang, terdengar suara dari dalam pintu gerbang. “Kamu sudah tiba dipintu gerbang surga, karena kebaikan-kabaikan yang telah engkau lakukan dengan hati ikhlas selama di dunia. Engkau dikarunia nikmat tiba di depan pintu surga”

Pejalan itu mengangguk, ada rasa senang di dalam hatinya itu. Tak sabar dia ingin segera memasuki pintu gerbang itu, namun pintu itu tidak juga terbuka.

Terdengar lagi suara dari dalam pintu gerbang itu, “Berjaga-jagalah di depan pintu gerbang, pintu gerbang ini akan terbuka sewaktu-waktu mengikuti perintahNya. Jadi berjaga-jagalan selalu, jangan terlewatkan. Begitu pintu gerbang terbuka cepat-cepatlah masuk dan kau akan mendapati surga yang menantimu”.

Pejalan itu kemudian duduk didepan pintu gerbang, menunggu dan menunggu. Namun kemudian kebiasannya timbul, diapun berpikir lebih baik tidur sambil menunggu pintu gerbang itu terbuka.  Dan tertidurlah dia.

Didalam lelapnya dia mendegar sayup-sayup, suara pintu gerbang yang  berderak. Kelopak matanya terbuka, didalam kantuknya itu sudut kelopak matanya melihat pintu gerbang yang mulai menutup. Secepatnya dia bangun dari tidur dan berlari, namun pintu gerbang sudah terlanjur tertutup.

“Darimana asalku ?

Kemana tujuanku

Dan sudah seberapa dekat aku dengan tujuanku itu ?”

Jebakan dunia begitu kuatnya sering kali kita terlena dan kembali terlelap, oleh karenanya Guruku selalu mengingatkan untuk selalu menyelam ke dalam diri. Pause dari kebisikan dunia, menarik diri dari keramaian dunia untuk kembali mengingat tujuan berada di dunia untuk apa.

“Ketika cinta memanggilmu, ikutlah dengannya

Meskipun jalan yang harus kautempuh keras dan terjal

Ketika sayap-sayapnya merengkuhmu, serahkan dirimu padanya

Meskipun pedang-pedang yang ada di balik sayap-sayap itu mungkin akan melukaimu

Dan jika ia berbicara padamu, percayalah

Meskipun suaranya akan membuyarkan mimpi-mimpimu bagaikan angin utara yang memporakporandakan petamanan”

(Khalil Gibran)

Jakarta, 24 Juli 2012

(Illustrasi Gambar Koleksi Pribadi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun