Sebuah desa akan berlindan kisah dan meninggalkan sejak pada warganya seiring dengan berkembangnya zaman. Dinamika dan turbulensinya dengan waktu kadang tidak terhindarkan. Ada yang bisa dikenang, namun tidak sedikit terlupakan dalam lipatan ingatan warganya.
Sebagaimana kisah Desa Cempi Jaya yang pernah menjadi bagian dari Desa Adu belasan tahun silam. Salah satu desa yang menjadi bagian dari Kecamatan Hu'u Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat ini dihuni oleh berbagai latar belakang warganya.
Warganya sangat heterogen dalam pengertian mereka yang mendiami desa ini berasal dari berbagai kampung, baik dari kampung yang berada di Kabupaten Dompu juga tidak sedikit berasal dari Kabupaten Bima. Desa ini mula-mula adalah dusun dari salah satu desa tertua di selatan Dompu yakni Desa Adu.
Setelah memenuhi syarat untuk mekar dan berdiri sendiri, akhirnya menjadi desa yang mandiri secara administrasi. Maka desa hasil pemekaran ini diberi kesempatan untuk mengatur kehidupan rumah tangganya sendiri.



"Walaupun masyarakatnya dari berbagai desa namun tetap harmonis dan aman. Tidak ada gesekan yang bisa memicu perkelahian massal. Kalau pun ada cekcok, itu cepat diselesaikan dengan cara kekeluargaan" ungkap Ahmad (35) yang berasal dari Kandai Dua Kabupaten Dompu.
Sebagaimana umumnya warga lain, Ahmad tidak lahir dan besar di Desa Cempi Jaya. Ia datang dan tinggal di desa ini karena menikah dengan perempuan yang kini menjadi istrinya yang berasal dari sebuah kampung di Kabupaten Bima.
"Apa yang saya rasakan, demikian pula yang dialami oleh mereka yang baru pertama kali tinggal di desa ini sebelum mereka benar-benar memilih menetap" ujarnya

"Setelah melihat lahan pertanian yang cukup luas, orang tua saya akhirnya memilih tinggal dan menetap di sini" terangnya
Bagi Rante demikian dirinya disapa, merasa aman dan nyaman tinggal di desa yang tidak jauh dari pantai Ngampa ini. Menurutnya, kehidupan yang dijalaninya sebagai orang yang berasal dari wilayah lain, tidak lantas membuat dia dan keluarganya di pandang sebelah mata.

