Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Situs So Langgodu dalam Pandangan Peneliti Antropologi Unhas Makassar

31 Oktober 2023   14:27 Diperbarui: 31 Oktober 2023   14:41 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


BERSAMA dua orang peneliti dari Universitas Hasanuddin, Makassar Andi Muhammad Yusuf, M.Si juga sebagai Dosen UIN Mataram dan Andi Cipta Surya, S.Sos. Keduanya peneliti dengan disiplin ilmu Antropologi. Keduanya ikut melakukan observasi ke situs So Langgodu di Desa Hu'u, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, Selasa, 31 Oktober 2023.

Kami mengendarai dua sepeda motor menuju lokasi situs yang berada di dekat Dam Sembana desa setempat. Dari jalan utama menuju pantai Lakey, kami melajukan kendaraan dengan melewati jalan kerekil yang belum diaspal menuju lokasi. Di dekat sungai kami harus memarkirkan kendaraan, lalu menyeberang sungai untuk sampai ke areal situs.

Dok. Dua peneliti Antropologi Unhas Makassar
Dok. Dua peneliti Antropologi Unhas Makassar

Dok. Batu lesung
Dok. Batu lesung
Di bawah terik matahari siang, kami berjalan kaki di pinggir pematang sawah. Sesampainya di pintu masuk sawah warga, terdapat baru lesung yang masih terawat. Batu ini masih di tempatnya semula dan sudah tidak digunakan lagi seperti sedia kala saat batu lesung dibuat. Dan ini merupakan bukti peninggalan kehidupan masyarakat yang pernah mendiami wilayah ini.

Dok. Areal persawahan dekat situs
Dok. Areal persawahan dekat situs
Kemudian tidak jauh dari situ, lebih tepatnya di kaki bukti terdapat batuan yang nampak digunakan untuk mengairi persawahan. Bahkan cerita tutur yang ada di masyarakat bahwa batuan ini digunakan sebagai tempat pemandian karena memiliki saluran untuk mengairi air dari atas parit.

Dok. Suradin
Dok. Suradin
Sementara disampingnya terdapat batu kajuji atau sebagian pihak mengatakan itu batu lesung yang difungsikan untuk menumbuk hasil pertanian berupa biji-bijian dan padi. Batu kajuji sendiri secara harfiah dapat diartikan sebagai wadah permainan congklak yang melibatkan dua orang. Namun demikian, kedalaman lubang di batu ini sekitar 30 cm. Tapi jika diperhatikan, batu ini memiliki pijakkan kaki diujungnya yang bisa diasumsikan bahwa fungsinya sendiri untuk mengolah hasil pertanian.

Dok. Suradin
Dok. Suradin
Dok. Suradin
Dok. Suradin
Di pinggir tebing terdapat batu kursi atau di kenal batu duduk kursi raja. Sementara dalam bahasa lokal setempat dikenal dengan sebutan Wadu Kadera. Dimana raja duduk di atas kursi ini lalu bisa melepas pandang pada semua areal di utara bukit. Untuk sampai di tempat ini dibutuhkan tenaga ekstra karena harus mendaki dengan jalan setapak yang berkelok-kelok. Sebab jika tidak berhati-hati atau kaki terpeleset saja maka bisa berakibat fatal dan kemungkinan terjatuh.

Dok. Mendaki bukit
Dok. Mendaki bukit
Dok. Kursi Raja/WaduKadera
Dok. Kursi Raja/WaduKadera
Dok. Wadu Kadera
Dok. Wadu Kadera
"Situs So Langgodu dari pengamatan kami, idealnya memantik penelitian yang lebih dalam lagi terutama bagi kalangan arkeolog dan sejarah. Objek wadu kadera, misalnya, masih perlu dianalisis secara holistik untuk mendapatkan penjelasan atau setidaknya interpretasi mengenai fungsinya di masa lalu" Ujar Andi Muhammad Yusuf sesaat memperhatikan kondisi situs.

Lebih lanjut Ucup demikian nama panggilan dosen lulusan Unhas ini menuturkan dalam kacamata antropologi, diperlukan upaya menganalisis lebih dalam kaitan dengan beberapa peninggalan di So Langgodu.

"Sedapatnya menganalisis kaitan dan konteks dari situs tersebut bagi komunitas yang hidup disekitarnya. Terangnya

Karena terik matahari menyengat kulit, kami tidak bisa melakukan observasi secara keseluruhan di areal situs So Langgodu termasuk di bukit Doromanto. Karena selain terdapat batu duduk kursi raja, terdapat pula peninggalan lain di tempat ini seperti batu kubur, batu berlubang, kopa Ncuhi, tempat dudukan priuk serta peninggalan lainnya.

Dok. Lahan pertanian di sekitar areal situs
Dok. Lahan pertanian di sekitar areal situs
Di bawah bukit terdapat areal persawahan yang ditanami padi yang tidak mengenal musim karena air selalu mengalir saban hari di parit yang menjurus sepanjang kaki bukit. Sementara tidak jauh dari bukit terdapat sungai dengan keberadaan Dam Sembana sebagai tempat penampung air untuk dialirkan ke parit yang mengarah ke areal persawahan.
Tanah di tempat ini cukup subur dengan limpahan air yang cukup. Sehingga hasil pertanian bisa berlangsung sepanjang tahun. Karena masyarakat setempat tidak saja menanam padi, tetapi juga bisa menanam tanaman lain berupa kacang, kedelai dan lain - lain.

Keberadaan situs ini telah mengundang minat para arkeologi dan pemerhati sejarah untuk melakukan observasi dan penelitian tentang peninggalan di situs So Langgodu. Sementara cerita tutur yang masih hidup di masyarakat, bahwa areal situs ini merupakan bekas kampung tua atau bahasa setempat menyebutnya rasa ma ntoi. Sebuah kampung dimana nenek moyang masyarakat setempat pernah mendiami dan melahirkan generasi hingga saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun