Hempasan ombaknya tidak seberapa kencang. Semburan buihnya yang putih terhampar jelas di pasir yang hitam. Perahu menari-nari dalam ayunan ombak yang mendamai. Ada dermaga yang menjurus ke kedalaman lautan. Terlihat jelas dari arah pantai yang berkelok. Di apit pegunungan yang dipenuhi tanaman jagung sejauh mata memandang.
Gambaran pantai yang masih 'melegenda'. Kini masih seperti puluhan tahun yang lalu. Hampir tidak ada perubahan. Tidak ada vila apa lagi jejeran hotel berbintang. Tapi namanya sudah lama mengendap dalam benak mereka yang pernah lahir di awal tahun 80-an. Pantainya memang tidak sefamiliar pantai Wadu Jao, Pantai Lakey, dan pantai Ngampa yang belakangan ini viral di jagat media.
Pantai Felo Janga, demikian nama yang melekat padanya. Namun demikian tidak banyak diketahui warga milineal. Bahkan jarang pula dipublikasikan untuk berwara wiri di beranda media sosial. Jarang di ekspos walau memiliki daya tarik memikat karena keindahan pantai dan alam sekitarnya. Pantainya tenang dengan alam yang masih asri.
Menuju pantai ini bisa melalui dua jalur. Jalur selatan bisa menggunakan jalan dari Desa Cempi Jaya dan Desa Jala  kemudian menuju utara. Sementara dari utara melalui Desa Lune, Kecamatan Pajo, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat. Posisinya tersembunyi di ujung Teluk Cempi yang tenang dan berbatasan langsung di dua kecamatan, Pajo dan Hu'u.
Kami hanya menghabiskan waktu perjalanan sekira tiga puluh menitan dari arah selatan, kampung dimana kami tinggal. Melewati jalanan yang berkelok, lalu melepas pandang pada hamparan jagung yang memenuhi punggung gunung. Perkampungan hingga sawah terhampar bak karper di lantai. Asri. Udaranya sejuk dengan segala panorama alamnya. Melihat itu saya tiba-tiba teringat potongan lirik lagu band Boomerang.
"Lestari alamku, lestari desaku"..
Nusantara memang negeri sejuta pesona. Segalanya ada di sini. Alamnya maha kaya. Memikat hati bagi yang bertandang, lalu berkesan dalam hati. Ia serupa gadis cantik dengan dandanan yang aduhai. Kemolekkan tubuhnya, bibirnya yang memerah serta dadanya yang menyembul telah menggairahkan setiap insan yang menatapnya. Semua terkesima serasa berada di surga. Dan negeri bernama Indonesia ini masih menjadi primadona di tengah badai waktu yang terus melaju. Setelah puas menikmati perjalanan, maka sampailah kami di pantai yang menjadi tujuan rombongan, Minggu, 20 Maret 2022 sekira pukul 10:00 pagi. Mobil terparkir. Melepas pandang, lalu mata awas memperhatikan sekitar. Ada pengunjung lain. Tapi tidak terlalu ramai. Di bawah pohon rindang, beberapa pengunjung sedang membakar ikan. Sementara yang lain sedang menyemburkan diri di dalam air laut. Air laut cukup tenang. Pasirnya hitam dalam ketenangan.
Sesaat setelah mobil terhenti. Anak-anak turun dengan tanpa basa-basi, mereka langsung larung ke laut. Mereka anak darat yang melihat laut serupa halaman rumah. Sudah lama tidak pernah lagi merasakan sensasi mandi di laut, kali ini mereka ingin berpuaskan diri. Dengan baju melekat di badan dengan teriakan kencang di udara, mereka lalu membiarkan badannya dihempas  ombak. Mereka ceriah. Menaiki perahu, lalu loncat kegirangan. Mereka tampak bahagia. Melepas tawa di akhir pekan. Menyatu dengan semesta sembari bercumbu dengan air laut yang menghempas pelan.
Dari bibir pantai, saya memperhatikan anak-anak mandi dalam keceriaan. Lalu sejurus kemudian, kami mencari tempat untuk melepas penat dan tempat pembakaran. Pasalnya, kami membawa ikan sebesar tutupan ember dan satu ayam kampung. Kami harus segera membakarnya sebelum hari beranjak. Karena di antara kami ada yang belum sarapan pagi sebelum datang ke pantai. Beberapa potongan kayu di bakar dengan ditambah dua plastik arang di tungku sisa pembakaran pengunjung yang sudah pulang. Di bawah pohon rindang dengan sapuan angin laut yang sepoi-poi.
Setelah melalui proses pembersihan, ikan dan ayam lalu di bakar di atas arang yang menyala-nyala serupa kerlap kerlip bintang di langit. Di kipas hingga matang. Aromanya semerbak. Sambal bawang di siapkan. Tikar di hamparkan di atas pasir yang di dekatnya ada sungai yang airnya mengalir pelan.