Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menyulam Kisah, Sembari Melangitkan Impian

6 Juli 2021   22:49 Diperbarui: 6 Juli 2021   23:03 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Kembali mendulang kisah. Kami merawat kebersamaan demi satu misi yang masih dilangitkan. Di sini. Di tempat biasa kami kembali bersua. Memotong ilalang, merangkainya dengan tali temali lalu mengatapinya di langit dangau.

Udaranya segar. Suasananya adem penuh keharmonisan bersama semesta. Hijaunya padi dan jagung yang sedang tumbuh subur di hamparan persawahan, membuat mata begitu dimanjakan. Angin segar menerpa kepenatan hidup yang kadang menggelayut dan menari-menari  tak jelas di hari-hari yang melelahkan. Tapi di sini dihanyutkan bersama kedamaian kehidupan yang sedang kami nikmati.

Dokpri. Sawah di desa Daha
Dokpri. Sawah di desa Daha
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Kami berbincang banyak hal. Banyak topik. Lalu melepas tawa sembari memungut makna dalam serpihan kisah yang pernah di jalani. Kami menukar kabar. Bersilang pandangan, lalu bermuara pada kesimpulan. Bukankah orang-orang sukses pernah bilang, bahwa tindakan kecil yang konsisten akan melahirkan perubahan besar di kemudian hari. Kami menyadari setiap langkah akan selalu ada tantangan. Hambatan yang silih berganti datang menerjang. Dan bahkan kami meyakini tuhan tidak mungkin menguji hambanya di luar batas kemampuannya.

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. Taman Jef
Dokpri. Taman Jef
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Di sore hari, Sabtu 2 Juli 2021, adalah hari dimana pertemuan di Dangau miliknya Jufrin alias Jeff kembali di gelar. Santai itulah kata yang tepat menggambarkan pertemuaan kami saat ini. Melepas pandang sembari menyeruput hitamnya kopi. Membaringkan badan. Memandang langit tuhan sembari di sapu mentari sore yang menyela di dedaunan.

Selain diskusi, beberapa aktivitas yang biasa kami lakukan di tempat ini yakni, menanam bunga, menyiramnya, merawat taman dan bahkan mengetik program di laptop. Ide seakan mekar layaknya bunga yang sedang menyambut mentari pagi. Harumnya semerbak ke seluruh penjuru.

Dokpri. Taman Jeff
Dokpri. Taman Jeff
Dokpri. 
Dokpri. 
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Bahkan tidak jarang orang-orang singgah dan ikut merasakan suasana yang harmonis bersama semesta ini. Suasana pedesaan tempoe duloe sangat kental sekali. Di dangau kami biasa berbaring. Sesekali membuka handpone hanya untuk melihat kabar dan lalu lalang informasi di lini masa dunia sosial. Ada yang diberi komentar, tidak sedikit hanya sekedar memantau lalu meninggalkannya bersama informasi yang lain.

Di media sosial, tidak sedikit informasi yang disuguhkan hanya kabar sampah dan hoax. Sebagai pengguna media sosial, kita memang diharuskan lebih bijak memilah kemudian memilih informasi yang bisa melejitkan harapan di masa mendatang. Sangat diharapkan untuk menghindari kabar yang tidak sedap, seperti ujaran kebencian, caci maki terutama yang berbau suku, ras, agama dan golongan. Terlebih di musim politik, kita harus serba hati-hati menyimpulkan satu informasi yang belum tentu kebenarannya.

Dokpri. 
Dokpri. 
Dok. Jeff
Dok. Jeff
Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. 
Dokpri. 

Demikian sedikit dari topik yang sering kami perbincangkan. Perbedaan adalah sebuah keniscayaan. Kesadaran untuk terus bersama di atas pandangan yang berbeda memang diharapkan bisa tetap berjalan harmonis. Karena tidak ada perubahan besar yang bisa dilahirkan dengan ide kecil dan tantangan yang ringan. Menguatkan mental dengan memahami satu sama lain adalah jalan terbaik untuk tetap di rel yang sama. Kesatuan ide harus bersinergi dengan kesatuan tindakan. Jika keduanya berjalan  seiring, maka tidak ada yang tidak mungkin.

Dokpri. Suradin
Dokpri. Suradin
Dokpri. 
Dokpri. 
Langit semakin sore, lantunan ayat suci Al'quran di plantang mesjid terdengar jelas dari kejauhan. Kami masih di sini, menjadi penyaksi berakhirnya siang yang dijemput malam. Kehidupan memang tidak ada yang abadi, semua pasti  berakhir dan hanya kenangan meninggalkan jejak. Buatlah sesuatu berarti dalam setiap tarikan nafas, karena itulah yang memberi harapan yang lebih baik, hari ini dan di masa mendatang. Sepakat?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun