TIDAK ada yang salah dengan mencoba. Dengan begitu ada banyak pelajaran yang bisa dipetik. Paling tidak kita sudah membunuh rasa penasaran. Gagal sesuatu keniscayaan. Tapi kegagalan yang sebenarnya adalah tidak pernah mencoba sama sekali. Sebab, dengan mencoba sesuatu, kita diajarkan bagaimana merasakan langsung apa yang diinginkan. Tidak mulus, itu biasa.
Tidak sedikit orang ingin mewujudkan impiannya, dari sekian, hanya sedikit yang berani mengambil satu langkah pertama. Diselimuti kekhawatiran, sehingga takut mencoba. Jika ditanya, khawatir gagal. Sementara dari banyak yang gagal, mereka menjadi manusia yang cukup diperhitungkan. Kenapa? Karena mereka mengambil pelajaran atas kegagalan yang mereka alami. Bukankah kegagalan ada pelajaran jika disikapi dengan bijak. Proses pendewasaan diri adalah mencoba banyak hal dalam kehidupan yang fana ini walaupun pernah gagal.
Jika melontarkan pertanyaan ke semua orang tentang seberapa banyak orang yang kaya dan sukses. Maka kita bisa pastikan jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan yang miskin dan biasa-biasa saja. Jika memperhatikan sekitar, bisa kita simpulkan bahwa mereka yang sukses, adalah mereka yang berani mencoba dan banyak mengalami kegagalan. Mereka mengambil banyak pengalaman setelah sekian kali gagal.
Dan kalau kita boleh jujur, orang-orang terkenal, baik di kalangan pemimpin dunia maupun yang terjun di jagad dunia hiburan, adalah mereka yang pernah dicemoh, diremehkan bahkan 'tidak diperhitungkan dalam percaturan kehidupan'. Bahkan mereka sering gagal. Tapi, satu hal dari mereka yang tidak dimiliki oleh kebanyakan orang adalah sering mencoba tanpa pernah takut gagal.
Orang sukses adalah mereka yang sudah melewati banyak kegagalan. Sehingga kegagalan seolah tidak punya alasan untuk menggagalkan lagi tekad seseorang yang ingin mewujudkan impiannya. Kegagalan tak berkutik, lemah, lesu bahkan tak berdaya menghadapi semangat baja yang dimiliki oleh setiap individu yang punya optimisme tingkat dewa.
Dalam hal ini, saya mengenal satu nama di kampung. Tempat dimana saya tinggal. Sebut saja namanya Maemunah. Ia seorang perempuan biasa, bahkan tidak menamatkan pendidikan dasar. Tangguh. Sekuat karang di laut, sebening embun kala pagi menyapa. Bahkan ia sekeras baja ketika sengatan matahari dan kubangan sawah menjadi medannya dalam menantang hari. Maemunah hanya mengandalkan fisik untuk bekerja. Sawah, ladang, dan laut adalah medan dimana ia berpeluh keringat. Ia bertekad menyekolahkan anak-anaknya sampai ke jenjang perguruan tinggi. Tak perduli omongan orang, ketika ia mendorong tiga anaknya untuk menimba ilmu di kota Makassar.
Di kampung, ia buka  tuang tanah, apa lagi PNS. Maemunah pernah gagal dalam urusan pendidikan. Jangankan tamat, untuk baca tulis saja dirinya kelimpungan. Tapi dirinya pahlawan. Pahlawan bagi saudara lakinya dan ketiga anaknya. Dari perjuangan serta keringatnya, mereka bisa menempuh pendidikan tinggi hingga kejenjang strata 2. Bahkan sebelum pensiun, saudaranya pernah menikmati empuknya kursi kepala sekolah dasar.
Setelah melihat anaknya lulus, ia begitu bangga. Ia terharu. Dirinya tidak pernah membayangkan ketiga anaknya bisa ia biayai hingga menempuh pendidikan tinggi. Dengan berpeluh keringat lalu mendapatkan upah seadanya ia bisa menafkahi kehidupan keluarganya.
Satu momen yang membahagiakan baginya, ketika melihat Hermansyah anaknya duduk berdekatan dengan Jokowi di istana Bogor. Di undang khusus dalam satu acara kementrian. Melihat itu, matanya basah. Ada raut kebahagian yang bercampur sedih ketika membayangkan dirinya yang hanyalah buruh tani. Ia begitu terharu melihat foto anaknya yang berbincang dengan lelaki kerempeng yang begitu dihormati insan dari Sabang hingga Merauke itu.
Maemunah adalah sosok perempuan yang tabah. Sabar dan penuh tanggungjawab terhadap kehidupan keluarganya. Terlebih orang-orang yang ada di sekitarnya. Ia mencintai profesinya sebagai petani. Dia dilahirkan dari kehidupan yang serba terbatas. Dan ia terbiasa menantang hari dengan peluh keringat hanya mendapatkan sesuap nasi dari tuan-tuan tanah sejak dirinya mengenal dunia.