SELAMA aktif di media sosial, saya memang sejak awal niatnya ingin belajar menulis. Kurang lebih satu tahun, puluhan berita dan opini berhasil saya tulis. Secara pribadi ada kepuasaan tersendiri yang tak bisa terbahasakan. Walaupun saya menyadari, tulisan saya belumlah berkualitas. Tapi saya terus berbenah.
Walaupun saya tidak pernah mengagendakan untuk tertarik menjadi seorang penulis. Sehingga dalam blog pribadi, saya menyematkan diri hanyalah seorang penulis jalanan.Â
Bahkan sejak awal hingga kini, saya belum benar-benar paham bagaimana menjadi penulis yang baik. Yang saya tahu, bahwa saya harus menulis dan terus menulis.
Namun ketika dipercayakan mengelola dua media online. Saya seolah tertantang untuk menulis berita lebih masif lagi. Mula-mula belajar menulis dengan arahan yang mencerahkan dari seorang sahabat.Â
Dan kemudian salah satu cara yang saya tempuh adalah meluangkan banyak waktu membaca berita di media-media ternama. Mulai pilihan kata yang mereka gunakan, hingga struktur tulisannya.
Setelah sedikit merasa percaya diri, saya mulai memberanikan diri mengajak pihak lain untuk bekerja sama. Pasalnya, sejak mengelola media, saya nampaknya belum pernah menikmati secara professional jerih payah sebagai karyawan 'kuli tinta'. Keberanian ini datang setelah melihat siswa saya di sekolah harus dipending proses belajar mengajarnya karena Covid-19.
Kebetulan saya dipercayakan menjadi pembina Osis. Saya berpikir, bukankah sebaiknya siswa dibuatkan program meliput dan menulis di media online yang saya kelola.Â
Ketika gagasan itu dikonfirmasi ke pengurus Osis, ternyata disambut antusias oleh sebagian besar pengurus. Jadilah saya mengajak mereka untuk bertandang ke beberapa instansi dan perusahaan lokal lingkar timbang di kampung.
Hampir satu pekan, keluar masuk di sekolah dan perusahaan di kecamatan. Dari sekian itu, PT. Wadu Bura Jaya (PT. WBJ) malah menyambut ide kami dengan tangan terbuka. Proses perjanjian tidaklah berbelit-belit seperti yang lain. Dan kami bersyukur diterima baik oleh perusahaan lokal ini.
Usaha saya dengan sejumlah pengurus Osis untuk bekerja sama dengan banyak pihak, alhamdulilah menuai hasil. Walaupun upaya tersebut belumlah sebagaimana yang diharapkan. Kami sadar, tujuan yang ingin kami gapai harus menaklukan banyak tanjakan dan kerikil yang tajam.
Tapi yang membuat saya optimis adalah semangat pengurus Osis yang luar biasa. Walaupun semua yang ikut andil di dalamnya adalah kaum hawanya, namun mereka tidak pernah mengeluhkan keadaan.Â
Apa lagi masuk ke kantor, menunggu pemimpinnya, kemudian harus berdiskusi sekian jam. Semua itu mereka benar-benar menikmatinya.