Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Situs Megalitik di So Langgudu, Jejak Peradaban Masyarakat Hu'u

15 Januari 2021   08:53 Diperbarui: 16 Januari 2021   02:10 761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di situ sepeda motor bisa diparkir dan selanjutnya berjalan kaki dengan menyebrangi sungai, lalu kemudian melintasi sawah warga. Di pinggir tebing langsung disuguhkan dengan beberapa kuburan batu yang berada di pinggir pagar sawah warga.

Kemudian jalan beberapa meter dengan mengikuti parit menuju ke barat, di atas tebing akan terlihat kursi batu atau warga sekitar menyebutnya kursi raja. Kursi batu berada di ketinggian 5 meter.

Kursi batu ini dapat dikelompokkan pada jenis bebatuan pasir, berwarna keputih-putihan. Tahta batu ini dibuat sangat sempurna yang dipahat secara halus dan dilengkapi dengan tempat pijakkan kaki sebanyak empat kaki.

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dari arah kursi batu, kemudian berjalan menuju bukit bagian barat akan disuguhkan dengan pemandangan bagian dari So Langgudu di mana di sini terdapat juga Kopa Ncuhi dan beberapa lubang peninggalan masa lalu yang bisa membuat pengunjung akan berdecak kagum.

Bahkan di atas bukit pengunjung bisa melepas pandang ke segala penjuru arah. Baik itu laut, ladang serta sawah warga.

Saya pun merasakan hempasan angin yang memberikan kesejukan ketika di atas bukit. Pesona alam bisa dinikmati sejauh mata memandang. Teluk Cempi di arah barat bisa dilihat dengan mudah. Begitu juga dengan gugusan gunung di bagian timur yang sebagiannya sudah menjadi ladang warga.

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Karena perjalanan lumayan  menguras tenaga, saya pun sejenak duduk di bawah pohon yang tidak jauh dari areal Kopa Ncuhi. Kopi Ncuhi berada langsung di ujung tebing.

Namun sayang aksi vandalisme telah merusak sebagian situs. Coretan berupa ukiran hampir bisa ditemukan dengan mudah di areal situs. Bahkan tidak ada semacam plan berupa himbauan kepada para pengunjung untuk tidak merusak peninggalan sejarah.

Saya hanya bisa melangitkan doa, semoga warisan nenek moyang ini masih bisa terjaga agar, agar generasi mendatang masih bisa melihat dan memaknai tinggalan-tinggalan prasejarah ini. Karena ini merupakan bukti otentik, bahwa di sini pernah kehidupan di masa lalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun