Benar saja, memang dunia menulis tidak bisa dilepaskan dari aktivitas membaca. Ibaratnya seperti dua sisi mata uang koin yang tidak bisa dipisahkan. Sejak belajar menulis, ternyata saya harus sering membaca.Â
Dan kemudian saya memutuskan membaca tulisan-tulisan senior di medsos yang saya tahu sudah malah melintang menjadi seorang jurnalis. Sebut saja namanya Yusran Darmawan, Ilyas Yasin  dan Abdi Mahatma. Tulisan-tulisan para senior ini memberikan nutrisi, baik dalam cara berpikir terlebih ketika saya memutuskan menulis sesuatu.
Saya cukup sering membaca tulisan-tulisan mereka. Memang saya merasakan perbedaan yang sangat mendasar ketika membaca tulisan yang ditulis oleh seorang jurnalis atau mantan wartawan dengan penulis yang tidak pernah bergelut dengan dunia kewartawanan.Â
Perbedaan yang saya temukan, mulai dari sisi narasi sampai pilihan kata dalam merangkai cerita. Ketika membaca beberapa tulisan senior di atas, saya kadang tersenyum sendiri, apa lagi ketika membaca masalah gender. Cara mereka merangkai kata dalam menarasikan cerita, cukup unik dan renyah untuk dibaca. Bahkan saya bisa membacanya berjam-jam lamanya.
Memang saya belum mengenal dekat dengan sosok Yusran Darmawan dan Abdi Mahatma. Bahkan mereka tidak mengenal saya secara langsung. Tapi lewat medsos, kami saling terhubung satu sama lain.Â
Sedangkan Ilyas Yasin merupakan senior dan pernah sama-sama menjadi seorang pengajar di kampus swasta di kabupaten. Walaupun sudah tidak menjadi seorang jurnalis, tapi Ilyas Yasin masih produktif menulis di branda facebook-Nya. Saya salah satu pembaca setia tulisan-tulisannya.
Apakah saya akan terus menggeluti dunia tulis menulis ini? Walahualam. Untuk saat ini, saya hanya menikmati perjalanan ini, sambil memungut serpihan-serpihan hikmah dalam setiap bacaan dan tulisan yang saya sambangi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H