Mereka merupakan garda terdepan menghujam kepongahan penguasa lalim. Kalian memang segalanya. Kalian memang yang diharapkan untuk terus menyuarakan kepedihan serta penderitaan rakyat, agar pengambil kebijakan tidak seenak moyangnya memutuskan sesuatu.
Tapi ingat, perjuangan mu jangan sampai berhenti di jalan dengan megaphone di tangan. Tidak hanya membakar ban, lalu asap membumbung tinggi di udara tanda perjuangan digelorakan. Tidak pula merasa hebat hanya karena memegang spanduk organisasi dan mengibarkannya di udara.
Jangan merasa menjadi pahlawan hanya karena berani mencaci maki penguasa. Jangan merasa puas hanya karena wajahmu masuk di media. Dan jangan pernah merasa berjasa atas pergantian rezim. Karena perjuangan sesungguhnya, ketika kalian benar-benar mengepakan sayap berbaur dengan nelayan, petani, pemulung dan mereka-mereka yang termarjinalkan di sudut-sudut negeri.
Perjuangan sesungguhnya bukan hanya karena merusak fasilitas umum. Merasa bangga karena di panggil aktivis. Tapi, perjuangan yang sebenarnya, yakni bisa memberikan solusi kepada semesta. Dan untuk bisa memahami itu semua, maka kalian perlu makan bersama lapisan grassroot dan memahami apa yang menjadi kelurahan mereka.
Perjuangan itu butuh konsistensi, totalitas, penuh dengan kerikil serta hujatan dari pihak-pihak yang tidak menyenangi langkah yang kalian ambil. Perjuangan tidak hanya berhenti ketika bangga dipanggil mahasiswa. Perjuangan tidak dikotomi antara masih berlabel mahasiswa atau bukan.
Lihat siapa yang kalian demo. Mereka senior-senior mu yang juga pernah berpeluh keringat di jalan seperti yang kalian lakukan saat ini. Mereka sudah menjadi anjing penjaga kepentingan tertentu: entah itu partai, kelompok, maupun kacung-kacung pengusaha yang tidak ingin terbebani dengan pajak.
Yakin saja, di antara kalian pasti akan menggantikan posisi mereka di kemudian hari. Mereka dulu pernah membakar ban, mengibarkan bendera organisasi dengan bangganya. Namun ketika merasakan bagaimana dinginnya Ac, empuknya kursi kekuasaan, banyaknya nominal uang di ATM dengan megahnya rumah yang mereka tempati. Habis dan lenyap lah sudah idealisme yang meraka banggakan dulu.
Apakah kalian akan seperti itu? Entah lah, biarkan waktu yang menguji seberapa hebat kalian mempertahankan idealisme yang kalian perjuangkan saat ini. Jangan sampai kalian seperti senior-senior mu itu yang kini menelan ludahnya sendiri.
Bangsa ini butuh orang jujur, konsisten, loyalitas serta keluhuran hati untuk tidak menghamba pada materi. Waktulah yang akan menguji kalian sebenarnya seperti apa. Karena semesta lah yang benar-benar menjadi hakim yang adil siapa sebenarnya pejuang sesungguhnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H