SELAMA beberapa hari di desa Tenga, Kecamatan Woha, Kabupaten Bima-NTB, saya berkesempatan menonton dan menyaksikan pertandingan bola mini yang dilangsungkan di pinggir kampung dekat persawahan warga. Bola mini terselenggara, karena adanya program kuliah kerja nyata mahasiswa sekolah tinggi keguruan dan pendidikan taman siswa Bima dengan pemerintah desa setempat.
Pertandingan dimainkan di sore hari setelah sholat Ashar. Pertandingan bola mini mengikutsertakan anak-anak yang masih duduk di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Sehingga selama pertandingan berlangsung, bisa dibayangkan keseruan dari para penonton terlebih orang tua dari anak-anak yang bertanding. Beberapa di antaranya, berteriak ketika anaknya terjatuh dan membawa bola. Bahkan akan mencaci maki ketika ada pemain lain yang menjatuhkan anaknya.
Pertandingan bola mini di kampung menjadi pesta bagi masyarakat. Sebab, yang datang menonton, mulai dari anak-anak sampai orang tua yang sudah sesepuh juga ikut menyaksikan  jalannya pertandingan. Mereka tidak saja sekedar menyaksikan pertandingan, tapi juga memberikan dukungan di pinggir lapangan.
Ketika gol tercipta, mereka akan lari masuk sambil berteriak dengan tangan terangkat. Penonton tidak saja memberikan dukungan pada kesebelasannya, tetapi juga antar penonton sendiri saling menyahut dan bahkan mengejek satu sama lain, walau pun itu hanya dalam suasana guyonan penuh kekeluargaan karena sesama kampung.
Pertandingan bola mini, biasanya lazim di selenggarakan pada saat momentum tertentu: Memperingati tujuh belasan, program mahasiswa yang sedang melakukan kuliah kerja nyata dan memperingati hari jadi daerah. Namun demikian, sekarang bola mini di selenggarakan tergantung inisiatif kelompok pemuda desa, dan masyarakat setempat. Dan yang pastinya, ketika pertandingan bola mini di selenggarakan, selalu ramai dengan penonton.
Di desa Tenga, kegiatan bola mini mempertemukan antar klub di setiap rukun tetangga (RT). Walaupun lapangannya tidak lebar, namun demikian bisa dimaksimalkan untuk menyelenggarakan suatu pertandingan. Bahkan yang menarik, dengan adanya pertandingan seperti ini, telah mendorong beberapa warga untuk berjualan. Bahkan tidak sedikit ibu-ibu menjual beragam macam makanan untuk para penonton yang menyaksikan jalannya pertandingan.
Mereka menggelar dagangannya tidak jauh dari lapangan pertandingan. Memanfaatkan momen merupakan langkah yang tepat dilakukan oleh ibu-ibu penjual ini. Ibaratnya, satu kali mendayung dua pulau terlampaui. Datang menonton, sekalian menjajakan dagangannya. Suatu pemikiran yang nampaknya perlu di apreasiasi.
Saya sendiri hanya menikmati jalannya pertandingan, sembari melihat teriakan beberapa penonton yang setia memberikan dukungan. Walau pertandingan dengan ancaman 'hujan' karena awan tebal memenuhi langit dan dari kejauhan hujan sudah terlihat, nampaknya tidak mengusik pertandingan yang sedang berlangsung.
Tentu harapannya, semoga saja pertandingan bola mini ini bisa menguatkan rasa persaudaraan antar warga. Dan tentunya tetap menjaga sportivitas selama pertandingan dilangsungkan. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H