Mereka menumpahkan rasa gembira dan dukungannya dengan beragam cara, walaupun berpotensi mengganggu kepentingan banyak orang.
Setelah sabar melewati titik kemacetan yang menguji kesabaran sepanjang perjalanan. Mobil kami akhirnya memasuki kota Bima, sebuah kota tepian yang memiliki rekam jejak masa lalu yang masih terawat.
Hal ini bisa terlihat dan diwakili beberapa bangunan kotanya yang sudah uzur, seperti ASI Bima yang merupakan bekas istana kesultanan. Namun, seiring perkembangan zaman, kota ini terus bersolek dengan banyaknya bangunan modern yang tumbuh subur di beberapa titik kota.
Kemudian mobil yang dikendarai oleh supir kepala dinas terus berpacu dengan waktu, dengan harapan agar kami bisa sampai tepat waktu. Di dalam mobil, kami berjumlah lima orang. Selain kepala dinas, ada dua pegawainya yang mengambil bagian dalam perjalanan  ini.
Namun demikian, dalam rombongan kecil ini, hanya saya yang tidak berstatus pegawai dinas. Saya hanyalah seorang yang sering disibukan dengan mengulur layar handphone dalam banyak kesempatan. Ketika diajak untuk melakukan perjalanan dengan kepala dinas, saya pun mengaminkannya.
Perlahan tapi pasti, mobil kami meluncur dengan melewati beberapa lampu merah di perempatan kota. Kemudian kampung yang menjadi tempat tujuan kami berada tidak jauh dari pinggiran kota Bima. Walaupun awalnya kami harus menghubungi yang punya hajatan terkait kepastian lokasi yang sebenarnya, akhirnya kami pun sampai juga di tempat tujuan dengan selamat.
Nggarolo, itulah nama kampung yang kami sambangi. Turun dari mobil, kami disambut oleh beberapa warga setempat, lalu mengarahkannya di salah satu rumah di pinggir jalan. Di rumah itu, kami sejenak melepas lelah, setelah melakukan perjalanan panjang yang melelahkan.
Sembari menunggu dimulainya acara yang dihelat di lapangan yang tidak jauh dari kampung setempat, kami berbincang dengan beberapa warga tentang banyak hal. Mulai dari perjalanan yang terkena macet, hingga mengenai kampung Nggarolo yang masih asing beberapa di antara kami.
Ketika perhelatan acara di mulai, D'Mpera dipercayakan untuk memberikan sambutan keluarga. Bagaimana tidak, menurut informasi sebelumnya, pihak keluarga merasa bangga dengan kehadiran seorang kepala dinas yang meluangkan waktu untuk bisa hadir di acara tersebut.Â
Sebagai bentuk rasa hormat, mereka meminta kesediaan D'Mpera untuk memberikan 'tausiah', terlebih kepada kedua mempelai.
Acaranya sendiri cukup ramai, dan yang paling menarik kedua mempelai dihantar oleh tarian daerah dengan puluhan pemuda-pemudi yang tergabung dalam sanggar budaya setempat hingga sampai ke singgasana pelaminan.Â
Momen itu, tidak saya lewatkan begitu saja. Berbekal kamera handphone di tangan, saya memotret beberapa momen yang menjadi saksi bahwa saya ikut mengambil bagian dalam kesuksesan acara tersebut.
"Semoga Mr. Li menjadi kepala keluarga yang mampu membimbing istrinya untuk mengarungi biduk rumah tangganya hingga maut memisahkan" Ucap D'Mpera dalam menutup sambutan keluarga yang ikuti dengan anggukkan Mr. Li yang sedang bersanding dengan 'pacar' halalnya di depan puluhan mata para tamu undangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H