Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Satu Lagu tentang Kemesraan di Tengah Keramaian Kota

3 September 2020   21:01 Diperbarui: 3 September 2020   20:50 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri. Bersama Bung Isnaini dan Bung Wijie

Melepas lelah kala hati sedang gunda gula, saya bersama dua kawan memutuskan mencari tempat nongkrongan di suatu malam di tengah keramaian kota Mataram. 

Setelah menemui kesepakatan, kami mencari tempat nongkrongan yang ada di pinggir jalan, sambil menyaksikan hilir mudik kendaraan yang membunuh malam.

Di trotoar jalan Majapahit, roda dua yang kami kendarai berhenti melaju. Terlihat beberapa anak muda dengan grobak yang menyediakan beragam minum ringan, termasuk kopi. Di  atas trotoar, terhampar karpet yang di tengahnya ada ban mobil yang sudah di modifikasi sebagai meja, tempat untuk menyimpan minuman.

Dokpri
Dokpri
Setelah memarkirkan motor. Sejurus kemudian, seorang kawan langsung menyapa penjual dan memesan minuman. Duduk melingkar di karpet, kami membincangkan banyak hal, sambil menikmati alunan musik dari salah seorang penjual yang melantunkan lagu dari band Slank.

Penjual menyiapkan gitar akustik dengan speaker kecil. Siapa pun, jika berkenan bisa memainkannya sambil bernyanyi menghadap ke jalan raya. 

Suaranya memang tidak terlalu besar, apa lagi harus beradu nyaring dengan suara kendaraan yang lalu lalang di jalan raya. Tapi, masih terdengar jelas di antara kami yang membunuh malam dengan minum di atas meja.

Dokpri
Dokpri
Setelah berbincang sejenak, saya pun tahu bahwa salah seorang anak muda yang menjual, berasal dari daerah di ujung timur Pulau Sumbawa. Tetanggaan dengan kampung saya di pulau yang sama. 

Bahkan  menurut seorang kawan, dia sudah lulus kuliah di perguruan tinggi swasta di Pulau Jawa. Saya terkagum dengan daya juangnya sebagai perantau. Memilih untuk menjadi penjual minuman, dengan status sarjana bukanlah hal mudah bagi seorang anak muda di jaman sekarang. 

Biasanya persoalan klasik selalu menghantui jika memutuskan menjadi penjual, yakni persoalan gengsi. Tapi, seorang perantau pada umumnya telah menyadari, bahwa kepahitan hidup di tanah perantauan bukanlah masalah. Malah itu menjadi bumbu penyedap di setiap langkah serta keputusan yang diambil.

Bahkan melihat anak muda ini, saya teringat diri sendiri ketika beberapa bulan sebelumnya pernah menjual kopi dengan gerobak sederhana di depan kantor LPM kota Mataram. 

Ketika itu, bersama seorang kawan, kami menghabiskan malam hanya di atas trotoar untuk menunggu pembeli. Penghasilan memang tidaklah seberapa, tetapi pengalaman itu membentuk kepribadian saya menjadi lebih mantap menatap hari.

Dokpri #Raden't $uccess Forever#
Dokpri #Raden't $uccess Forever#
Malam semakin meninggi, hilir mudik kendaraan mulai terlihat jedah beberapa menit. Walaupun minuman di gelas belum benar-benar habis, saya kemudian memutuskan untuk bernyanyi walaupun saya tidak begitu yakin dengan suara saya sendiri. 

Awalnya saya begitu was-was, khawatir suara saya membuat telinga orang tidak nyaman mendengarnya. Saya meyakinkan diri. Tidaklah mengapa untuk mencoba, minimal melatih diri untuk berani bernyanyi di ruang publik.

Saya memutuskan menyanyikan lagu Iwan Flash yang berjudul kemesraan. Lagu ini, memiliki kesan yang mendalam buat saya yang sering gonta ganti kota sebagai tempat mengadu nasib. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun